"Jadi sekitar bulan April sudah chaos kita yang konsumsi hidroksiklorokuin dan klorokuin ini karena benar-benar kosong, habis dimana-mana, Tiap hari teman saya menelepon semua rumah sakit."
"Bahkan ada yang tinggal di Papua bolak-balik telepon rumah sakit di Jakarta atau tanya teman-teman yang punya channel untuk obat. Sangat putus asa waktu itu karena kita gak bisa menolong apa-apa."
"Teman-teman mulai unggah (informasi di grup) ada yang jual bebas di internet. Saya ngerinya, pertama, enggak tahu itu asli apa enggak, yang kedua harganya tidak masuk akal, benar-benar jahat yang jual. Biasanya satu kotak untuk sebulan itu Rp 600.000."
"Kemudian, teman posting Rp 1,25 juta yang dia dapat. Itu sudah yang termurah yang dia dapat di internet. Kemudian teman saya yang lain, dapatnya Rp 2,5 juta. Tapi dia tidak ada pilihan, soalnya dia sudah enggak minum obat selama sebulan," papar Monik.
Hidroksiklorokuin dan klorokuin merupakan obat jenis imunomodulator yang berfungsi mengendalikan sistem imun agar tidak menyerang dan merusak tubuh. Beberapa penyandang autoimun mengkonsumsi obat ini.
Dokter dan penyandang autoimun, Andini S. Natasari menyebutkan, obat ini wajib diminum rutin dan tidak boleh terputus, selama diresepkan dokter. Jika terputus atau berhenti mendadak, penyandang autoimun bisa flare up atau kambuh dengan gejala penyakit yang muncul secara berbarengan dan berat.
"Semua obat yang dari dokter harus tetap dikonsumsi sesuai petunjuk dokternya. Disetop kalau dokter yang menghentikan. Karena penyakit kronik, maka perlu berkesinambungan, jangan putus obat," kata Dinis, nama kecil Andini.
Belum habis salah kaprah terhadap hidrosiklorokuin dan klorokuin, kini muncul kabar mengenai deksametasone yang menurut penelitian bisa mengobati Covid 19.
Seperti dua jenis obat antimalaria itu, dexamethasone juga dikonsumsi beberapa penyandang autoimun yang berkhasiat mengurangi radang dan menekan imun.
Baca Juga: WHO Ultimatum Indonesia: Setop Beri Klorokuin ke Pasien Corona, Bahaya!
Dinis khawatir masyarakat akan kembali salah kaprah menggunakan obat tersebut. Padahal obat ini, termasuk juga hidrosiklorokuin dan klorokuin, adalah obat keras yang memiliki efek samping membahayakan tubuh, jika diminum tanpa pengawasan dokter.
"Dexamethasone masuk golongan steroid. Ada yang menganggap obat itu adalah obat untuk sembuhkan Covid, padahal penelitian dari Oxford mengatakan obat itu digunakan untuk yang kondisinya sudah berat, sakit parah, pasien yang menggunakan ventilator. Kelihatannya orang-orang sudah mau beli obat itu, padahal efek sampingnya itu bahaya, tidak bisa digunakan sembarangan."
Pada pasien Covid dengan kondisi kritis, kata Dinis, respon imun berlebih dan menyerang tubuhnya sendiri atau yang dikenal dengan istilah badai sitokin. dexamethasone bisa menekan respon imun yang berlebih itu.
"Makanya tidak disarankan untuk pasien Covid ringan," kata Dinis.
Vitamin hingga alkohol swab pun diborong
Tak hanya aksi borong obat antimalaria, vitamin dan suplemen pun ikut diborong selama pandemi Covid-19. Bagi penyandang autoimun, kata Monik, obat utama mereka adalah kombinasi imunosupresan dan steroid, juga vitamin D serta beberapa suplemen. Harga sejumlah vitamin dan suplemen pun ikut-ikutan naik di masa pandemi ini.