Mematikan, Virus Bunny Ebola Menyerang Amerika Serikat

Kamis, 02 Juli 2020 | 16:00 WIB
Mematikan, Virus Bunny Ebola Menyerang Amerika Serikat
Ilustrasi peternakan kelinci. (Shutterstock)

Suara.com - Gelombang virus Corona (Covid-19) belum selesai di Amerika Serikat, namun virus baru telah menyerang populasi kelinci di negara itu.

Di tujuh negara bagian di barat daya, ribuan kelinci liar dan domestik mati akibat wabah langka dari penyakit yang sangat menular, dikenal sebagai virus penyakit pendarahan kelinci (RHDV2).

"Kami menyebutnya sebagai Bunny Ebola," ucap Amanda Jones, dokter hewan dari Killeen, Texas, seperti dikutip dari Science Alert melalui The Cut, Kamis (2/7/2020).

Meskipun virus kelinci tidak terkait dengan cara atau bentuk apapun dengan Ebola, virus yang menyebabkan pendarahan hebat, kegagalan organ, dan kematian pada manusia dan primata, Jones mengatakan RHDV2 merusak tubuh kelinci dengan cara yang sama.

Virus ini menyebabkan lesi pada organ dan jaringan kelinci yang menyebabkan pendarahan internal dan kematian. Seringkali tanda-tanda bahwa kelinci telah terinfeksi terlihat setelah kematian hewan tersebut, yaitu dengan ditunjukan keluarnya darah dari hidung.

Sejak April lalu, Departemen Pertanian Amerika Serikat telah mengkonfirmasi kasus RHDV2 di Arizona, California, Colorado, Nevada, New Mexico, Utah, dan Texas. Bagian dari Meksiko barat juga terkena virus ini.

Ini adalah pertama kalinya virus menyebar di luar hewan peliharaan dan menyerang kelinci, pikas, dan terwelu asli Amerika Utara. Kelinci jenis cottontail dan jackrabbits pun turut terinfeksi.

"Fakta bahwa virus ini ada di banyak negara bagian dan menyerang kelinci sangat memprihatinkan. Banyak orang membakar populasi kelinci liar dan itu semakin menambah kekhawatiran kita," ucap Eric Stewart, direktur eksekutif American Breeders Association.

Sebelumnya pada tahun 2018, virus muncul di antara kelinci peliharaan di Ohio, kemudian wabah terpisah terjadi di negara bagian Washington. Pada akhir Februari, lebih dari selusin kelinci mati di Centre for Avian and Exotic Medicine di Manhattan. Sementara wabah yang muncul di Arizona dan New Mexico ini tidak terkait dengan ketiga kasus sebelumnya.

Baca Juga: Uganda Konfirmasi Kasus Pertama Ebola Jangkiti Bocah 5 Tahun

"Kami masih tidak tahu dari mana asalnya. Itu sebeperti bola salju dan menyebar seperti orang gila. Kami mengenal seorang lelaki yang memiliki 200 kelinci dan dia kehilangan semua kelinci itu antara Jumat sore dan Minggu malam," kata Ralph Zimmerman, dokter hewan negara bagian New Mexico.

Pejabat New Mexico kemudian melembagakan kebijakan depopulasi. Jika seekor kelinci di rumah tertular penyakit itu, negara dapat melakukan eutanasia atau suntik mati kepada kelinci yang tersisa di dalamnya. Kebijakan ini menyebabkan 600 hewan dibunuh dalam upaya untuk menghentikan penyebaran virus.

Ilustrasi virus. [Shutterstock]
Ilustrasi virus. [Shutterstock]

Pada April, para ilmuwan melaporkan kasus serupa pada populasi kelinci di Colorado, Texas, dan Nevada. Lusinan kasus pun muncul di California dan Utah.

Virus Bunny Ebola membunuh dengan efisiensi yang mengejutkan. Setelah seekor hewan terinfeksi, virus diinkubasi hanya dalam tiga hari. Beberapa kelinci akan mulai kehilangan nafsu makan dan enrgi, meskipun pada kasus lain tidak menunjukkan gejala sebelum mati.

Kemudian organ-organ kelinci, seperti hati dan limpa tidak bekerja dengan baik dan darahnya berhenti menggumpal dengan benar. Dalam wabah saat ini, para ilmuwan melaporkan tingkat kematian sekitar 90 persen.

Kelinci yang bertahan hidup pun menjadi bahaya besar bagi orang lain karena hewan itu terus menyebarkan virus selama hampir dua bulan. RHDV2 sendiri dapat menyebar dengan mudah melalui darah, urin, dan feses.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI