Negara Miskin Disebut Lebih Tahan Banting Covid-19?

Selasa, 08 September 2020 | 15:00 WIB
Negara Miskin Disebut Lebih Tahan Banting Covid-19?
Ilustrasi virus Corona Covid-19. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Para ilmuwan dibuat bingung dengan beberapa negara yang memiliki angka kemiskinan tinggi dan penyakit tersebar luas, namun tidak menderita pandemi virus Corona (Covid-19) besar-besaran.

Hal itu membuat para ahli menyebut, negara-negara miskin mungkin memiliki perlindungan lebih besar terhadap virus Covid-19 karena kondisi kehidupan yang keras di negaranya.

Pada awal pandemi, dikhawatirkan negara-negara yang lebih miskin, terutama di Afrika, dapat dilanda virus tersebut karena jumlah masyarakatnya terlalu padat dan memiliki kebersihan yang buruk serta sistem perawatan kesehatan berkualitas rendah.

Tapi, ada kemungkinan kondisi kehidupan yang menantang tersebut, benar-benar membantu negara-negara miskin untuk mengatasi virus Corona dengan baik.

Pandemi Covid-19 di Afrika. (shutterstock)
Pandemi Covid-19 di Afrika. (shutterstock)

Pakar kesehatan masyarakat mengatakan, karena harapan hidup sangat rendah di negara-negara tersebut, ada lebih sedikit orang lanjut usia yang sangat rentan terhadap Covid-19.

Populasi yang lebih muda, berarti lebih sedikit orang yang meninggal dunia akibat penyakit atau jatuh sakit hingga harus dirawat di rumah sakit. Itu telah mencegah rumah sakit kewalahan menangani pasien.

Sebagai contoh, Afrika Selatan memiliki lebih dari 600.000 kasus, dua kali lipat lebih banyak dibanding inggris, tetapi hanya 14.000 kematian, di mana Inggris memiliki lebih dari 40.000 kematian.

Sementara usia rata-rata di Inggris adalah 40 tahun yang berarti separuh penduduk berusia lanjut, usia rata-rata di negara Afrika adalah 28 tahun, menunjukkan bahwa rata-rata populasi jauh lebih muda.

Tak hanya itu, orang-orang yang tinggal di wilayah termiskin mungkin sebenarnya telah terpapar lebih banyak virus dan flu karena tinggal di daerah yang padat, di mana penyakit menyebar dengan cepat.

Baca Juga: Kasus Corona di Afrika Tembus 41.000 Lebih

Tetapi ilmu pengetahuan telah berulang kali menyarankan bahwa paparan virus lain serupa dapat memberi seseorang lapisan perlindungan ekstra terhadap Covid-19.

Tercatat, ada lebih dari 21.000 kematian akibat Covid-19 yang dikonfirmasi di Afrika, 10 kali lebih sedikit daripada di Eropa dan 20 kali lebih sedikit daripada di Amerika.

Pengujian di Afrika pun tidak mendekati skala yang terlihat di benua lain, yang berarti mungkin ada tingkat pelaporan kasus yang sangat rendah terkiat infeksi dan kematian. Namun perbedaannya sangat mencolok.

"Sebagian besar negara Afrika tidak memiliki puncak infeksi. Saya tidak mengerti kenapa, ini adalah teka-teki. Ini benar-benar tidak bisa dipercaya," kata Profesor Salim Karim, salah satu ahli penyakit menular terkemuka di Afrika Selatan, seperti dikutip Dailymail, Selasa (8/9/2020).

Menurut Tim Bromfield, direktur regional Tony Blair Institute for Global Change mengatakan usia dalah faktor risiko tertinggi dan harapan hidup rendah di Afrika "melindunginya".

Pandemi Covid-19 di Afrika. (shutterstock)
Pandemi Covid-19 di Afrika. (shutterstock)

Haparan hidup di benua miskin itu hanya 64 tahun, dibandingkan dengan Inggris yang 81 tahun. Data juga menunjukkan bahwa Covid-19 telah mempengaruhi orang tua secara tidak proporsional, terutama orang-orang yang berusia 70 dan 80-an.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI