Menurutnya, meskipun pandemi yang sedang berlangsung didorong oleh penularan dari manusia ke manusia, kekhawatiran telah dikemukakan bahwa spesies lain mungkin memiliki potensi untuk berperan dengan menjadi reservoir baru bagi virus.
“Kucing sering berada sangat dekat dengan pemiliknya, menjilati tangan atau wajah mereka, terkadang tidur di atas atau di tempat tidur mereka," kata dia.
Kucing terinfeksi dengan cara yang sama seperti manusia, yakni dengan menghirup tetesan setelah orang yang terinfeksi batuk atau bersin.
Pada Juli lalu, Buddy, anjing gembala Jerman dari New York, meninggal setelah menjadi anjing pertama yang dites positif di AS. Ia juga menderita kanker dan membuat penyebab kematiannya tidak jelas.
Anjing pertama di dunia yang terkena virus corona adalah Pomeranian berusia 17 tahun. Itu juga meninggal setelah kembali ke rumah ke pemiliknya yang terinfeksi Covid-19.
Pemetaan DNA lengkap virus Covid-19 di Siam ditemukan sangat mirip dengan genom virus yang beredar pada manusia.

Prof Lawrence Young, ahli virologi di Universitas Warwick, mengatakan bahwa meskipun tampaknya jarang terjadi, penelitian ini adalah bukti lebih lanjut bahwa pemilik yang terinfeksi dapat menginfeksi kucing mereka dengan SARS-CoV-2 dan kucing tersebut dapat menjadi bergejala.
"Meskipun masih belum ada bukti bahwa hewan peliharaan yang terinfeksi dapat menularkan infeksi ke manusia, para ilmuwan akan terus memantau infeksi SARS-CoV-2 pada berbagai spesies non-manusia," jelasnya.
Baca Juga: Benarkah Pelihara Kucing Bisa Tingkatkan Risiko Kanker Otak? Ini Faktanya!