Apa yang Terjadi pada KRI Nanggala-402 di Detik-detik Terakhirnya?

Liberty Jemadu Suara.Com
Senin, 26 April 2021 | 19:10 WIB
Apa yang Terjadi pada KRI Nanggala-402 di Detik-detik Terakhirnya?
Kapal selam KRI Nanggala-402 saat latihan Pratugas Satgas Operasi Pengamanan Perbatasan (Pamtas) Maphilindo 2017 di Laut Jawa, Jumat (20/1/2017). [Antara/Syaiful Arif]

Tapi risiko rusaknya lambung kapal meningkat dengan cepat seiring bertambahnya kedalaman. Pada kedalaman 800 meter, Nanggala tidak memiliki kemungkinan untuk tetap utuh.

Upaya masuk akal yang bisa dilakukan

Pemerintah berharap untuk mengangkat Nanggala. Ini mungkin untuk dilakukan, dan ada preseden serupa.

Misi Amerika Serikat (AS) - diberi kode “Azorian” - pada 1974, misalnya melibatkan pengangkatan secara diam-diam (dari dasar laut yang lebih dalam) komponen-komponen kapal selam Uni Soviet yang membawa peluru kendali.

Bagian kapal KRI Nanggala 402 hasil citra Remotely Operated Vehicle (ROV) MV Swift Rescue ditunjukkan saat konferensi pers di Lanud I Gusti Ngurah Rai, Badung, Bali, Minggu (25/4/2021). [ANTARA FOTO/Fikri Yusuf]
Bagian kapal KRI Nanggala 402 hasil citra Remotely Operated Vehicle (ROV) MV Swift Rescue ditunjukkan saat konferensi pers di Lanud I Gusti Ngurah Rai, Badung, Bali, Minggu (25/4/2021). [ANTARA FOTO/Fikri Yusuf]

Bagaimana pun, mengangkat logam seberat 1.300 ton dari kedalaman lebih dari 800 meter adalah tugas besar. Hanya ada sedikit organisasi penyelamatan yang mampu melakukan itu.

Biayanya juga akan sangat mahal. Mungkin akan ada pendapat bahwa TNI Al yang memiliki anggaran terbatas lebih baik menggunakan uang yang mereka miliki untuk hal-hal lain, termasuk merawat empat kapal selam yang tersisa.

Terlebih lagi, tidak ada jaminan penyebab kecelakaan ini secara spesifik akan dapat diketahui.

Kapal selam adalah sebuah mesin yang besar dan rumit, dan sistem “kotak hitam” seperti yang ada di penerbangan tidak akan mampu mencakup segala kemungkinan masalah yang bisa terjadi pada Nanggala.

Pendekatan terbaik adalah menindaklanjuti pemeriksaan visual awal terhadap puing kapal dengan pemetaan lebih rinci pada lokasi puing dan semua material yang jatuh di dasar laut.

Baca Juga: Soal KRI Nanggala 402, Pengamat: Alarm Bagi Pemerintah Evaluasi Alutsista

Jika dilakukan, dan dibantu dengan pengangkatan beberapa komponen secara selektif, ini akan membantu menyediakan jawaban.

Mencegah kecelakaan pada masa depan

TNI Al kini akan melakukan pemeriksaan internal. Berapa pun besarnya kemungkinan Nanggala mengalami kegagalan material, peninjauan ulang standar pelatihan dan prosedur operasi akan tetap dilakukan.

Kapal Selam KRI Nanggala 402 sedang berlayar di Laut Jawa 50 Mil Utara Tuban, Jatim, Selasa (6/5/2014) dalam Latihan Kerjasama Taktis KRI dan Pesawat Udara 2014. [Antara/Eric Ireng]
Kapal Selam KRI Nanggala 402 sedang berlayar di Laut Jawa 50 Mil Utara Tuban, Jatim, Selasa (6/5/2014) dalam Latihan Kerjasama Taktis KRI dan Pesawat Udara 2014. [Antara/Eric Ireng]

Divisi kapal selam TNI AL telah mendapat tantangan setelah menambah jumlah kekuatan dari dua kapal menjadi lima belum lama ini. Ada tambahan kapal selam baru pada 2017, 2018 dan yang terbaru pada bulan lalu - yaitu kapal selam pertama yang dirakit di dalam negeri, KRI Alugoro.

KRI Cakra-401, saudara kembar Naggala, yang telah mengalami perbaikan dan modernisasi, mungkin akan berhenti beroperasi untuk meminimalkan kecelakaan serupa.

Berhenti beroperasi atau tidak, Cakra akan diperiksa secara saksama untuk mencari tahu apakah ada masalah-masalah yang tidak terdeteksi terkait kelelahan logam atau potensi kegagalan lain.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI