Teknologi AI Ini Bisa Deteksi Emosi Warga Uighur di Xinjiang

Kamis, 27 Mei 2021 | 17:45 WIB
Teknologi AI Ini Bisa Deteksi Emosi Warga Uighur di Xinjiang
Ilustrasi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI). [Shutterstock]

Suara.com - Pemerintah China menguji coba sistem kamera yang menggunakan AI dan pengenalan wajah untuk mendeteksi emosi dari raut muka.

Teknologi ini diuji coba pertama kali untuk warga Uighur yang menempati Xinjiang.

Hal ini pertama kali diungkap seorang teknisi software di China.

Ia mengklaim bahwa mereka telah memasang sistem tersebut di kantor polisi di wilayah Xinjiang untuk tahanan Uighur.

"Kami menempatkan kamera pendeteksi emosi sejauh 3 meter dari subjek. Ini mirip dengan pendeteksi kebohongan tetapi teknologi yang jauh lebih maju," katanya, dikutip dari BBC, Kamis (27/5/2021).

Dalam salah satu foto yang ditunjukkan, terlihat bahwa AI ini dilatih untuk mendeteksi dan menganalisis perubahan kecil pada ekspresi wajah dan pori-pori kulit.

Ilustrasi kecerdasan buatan (Shutterstock).
Ilustrasi kecerdasan buatan (Shutterstock).

Ia juga memperlihatkan data yang telah diperoleh dari teknologi tersebut.

Data berbentuk diagram lingkaran ini menampilkan warna merah yang mewakili keadaan seseorang dengan pikiran negatif atau cemas.

"Pemerintah China menggunakan Uighur sebagai subjek uji untuk berbagai eksperimen seperti tikus yang digunakan di laboratorium," katanya.

Baca Juga: Viral Review Rumah Seharga 59 Miliar 'Doang', Jiwa Miskin Warganet Bergetar

China sendiri memang memberlakukan aturan ketat bagi etnis Uighur.

Menurut Darren Byler dari Universitas Colorado, orang Uighur secara rutin harus memberikan sampel DNA ke pejabat lokal, menjalani pemindaian digital, dan sebagian besar harus mengunduh aplikasi telepon pemerintah yang mengumpulkan data seperti daftar kontak dan pesan teks.

"Kehidupan Uyghur sekarang tentang menghasilkan data. Semua orang tahu bahwa smartphone adalah sesuatu yang harus anda bawa, dan jika tidak membawanya, Anda dapat ditahan. Mereka tahu bahwa Anda sedang dilacak olehnya dan mereka merasa seperti tidak ada jalan keluar," katanya.

Sebagian besar data dimasukkan ke dalam sistem komputer yang disebut Integrated Joint Operations Platform.

Sistem ini akan menandai perilaku seseorang yang diduga mencurigakan.

Sophie Richardson selaku Direktur Human Rights Watch China mengatakan, sistem ini mengumpulkan informasi yang berisi perilaku berbeda, termasuk hal-hal seperti apakah orang keluar dari pintu belakang dan bukan dari pintu depan.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI