Letusan gunung berapi yang eksplosif kemudian dapat memuntahkan fosfida ini, dalam bentuk debu vulkanik, ke atmosfer.
Bahan kimia tersebut dapat bereaksi dengan asam sulfat untuk membentuk fosfin.
Agar fosfida mencapai ketinggian yang diperlukan untuk deteksi fosfin yang dilaporkan sebelumnya, para peneliti memprediksi ledakan Venus pada skala yang sebanding dengan letusan Krakatau pada 1883.
Bencana itu adalah salah satu peristiwa vulkanik paling mematikan dan paling merusak dalam sejarah yang tercatat di Bumi.
Menghancurkan lebih dari 70 persen pulau Krakatau di Indonesia dan kepulauan sekitarnya.
"Apakah Venus aktif secara vulkanik atau tidak telah menjadi bahan perdebatan," kata Truong.
"Jika fosfin benar-benar ada, pekerjaan kami menunjukkan bahwa vulkanisme aktif mungkin merupakan cara yang masuk akal untuk menghasilkan fosfin di Venus."

Para ilmuwan mencatat bahwa penelitian sebelumnya, seperti lonjakan kadar sulfur dioksida di puncak awan Venus.
Fluktuasi jumlah kabut yang terlihat di atas awan ini, telah menunjukkan bahwa Venus mungkin memang memiliki cukup banyak vulkanisme berkelanjutan untuk menghasilkan fosfin yang dapat dideteksi.
"Venus terlihat seperti planet vulkanik, memiliki permukaan yang sangat muda, dan ada bukti bahwa ia telah mengalami pelapisan ulang substansial baru-baru ini dalam sejarahnya," ujar penulis senior studi Jonathan Lunine, seorang ilmuwan planet di Cornell University.
Baca Juga: Gunung Berapi Taal Filipina Meletus, Muntahkan Gas Beracun Paksa Ribuan Orang Mengungsi
Penelitian di masa depan akan bergantung pada susunan radio Atacama Large Millimeter/submillimeter Array (ALMA) di Chili dan observatorium lainnya, untuk mengonfirmasi apakah Venus benar-benar memiliki fosfin, kata Truong.