"Apakah Venus aktif secara vulkanik atau tidak telah menjadi bahan perdebatan," kata Truong.
"Jika fosfin benar-benar ada, pekerjaan kami menunjukkan bahwa vulkanisme aktif mungkin merupakan cara yang masuk akal untuk menghasilkan fosfin di Venus."

Para ilmuwan mencatat bahwa penelitian sebelumnya, seperti lonjakan kadar sulfur dioksida di puncak awan Venus.
Fluktuasi jumlah kabut yang terlihat di atas awan ini, telah menunjukkan bahwa Venus mungkin memang memiliki cukup banyak vulkanisme berkelanjutan untuk menghasilkan fosfin yang dapat dideteksi.
"Venus terlihat seperti planet vulkanik, memiliki permukaan yang sangat muda, dan ada bukti bahwa ia telah mengalami pelapisan ulang substansial baru-baru ini dalam sejarahnya," ujar penulis senior studi Jonathan Lunine, seorang ilmuwan planet di Cornell University.
Penelitian di masa depan akan bergantung pada susunan radio Atacama Large Millimeter/submillimeter Array (ALMA) di Chili dan observatorium lainnya, untuk mengonfirmasi apakah Venus benar-benar memiliki fosfin, kata Truong.
"Selain itu, sekarang ada tiga misi planet yang sangat menarik ke Venus," kata Lunine — DAVINCI+ dan VERITAS dari NASA dan EnVision Badan Antariksa Eropa.
"Saya ingin mencari cara untuk mendeteksi vulkanisme aktif dan fosfin di salah satu misi itu," tambahnya.
Truong dan Lunine merinci temuan mereka secara online 12 Juli di jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences.
Baca Juga: Gunung Berapi Taal Filipina Meletus, Muntahkan Gas Beracun Paksa Ribuan Orang Mengungsi