Sebelumnya diberitakan sebanyak 100 aktivis, jurnalis, dan oposisi pemerintah yang tersebar di 10 negara dilaporkan menjadi sasaran spyware, salah satunya Indonesia.
Hal ini diungkap oleh peneliti keamanan siber dari Citizen Lab di Universitas Toronto, Kanada.
Disebutkan bahwa spyware atau perangkat pengintai ini dibuat software bernama Candiru yang diproduksi oleh perusahaan asal Israel.
Para peneliti mengatakan, Candiru memanfaatkan celah kerentanan yang ada di Windows.
![Ilustrasi kejahatan siber [Shutterstock].](https://media.suara.com/pictures/653x366/2020/05/15/27636-ilustrasi-kejahatan-siber.jpg)
Operasi siber ini dilakukan di Arab Saudi, Israel, Hungaria, Indonesia, dan tempat lain yang membeli dan menginstal software mata-mata jarak jauh yang dibuat oleh Candiru.
"Alat itu digunakan dalam serangan presisi terhadap komputer target, telepon, infrastruktur jaringan, dan perangkat yang terhubung ke internet," kata Cristin Goodwin, General Manager of Digital Security Unit Microsoft, dikutip dari Bloomberg, Jumat (16/7/2021).