Suara.com - Sejak bulan April, pemerintah mengalihkan program Belajar dari Rumah (BDR) di TVRI – tayangan berisi materi belajar untuk siswa – dari siaran televisi menjadi rangkaian video yang bisa diakses kapan saja via Youtube.
Ini dilakukan untuk memenuhi keinginan guru dan orang tua yang menginginkan jadwal belajar yang lebih fleksibel saat menemani anaknya belajar.
Memusatkan pembelajaran di media sosial sudah lebih dulu populer dilakukan oleh 84,3% guru selama belajar dari rumah, dan memang memiliki beberapa dampak positif.
Misalnya, pembelajaran melalui media sosial memiliki biaya yang rendah dan mudah digunakan guru, sehingga mengurangi kesenjangan antara murid pendidikan informal dan sekolah formal. Riset dari Eropa juga menunjukkan bahwa penggunaan media sosial meningkatkan interaksi murid saat pembelajaran.
Namun, di sisi lain, penggunaan media sosial secara intensif dalam pembelajaran juga memiliki potensi untuk mendistraksi aktivitas belajar murid serta mengancam privasi mereka.
Lalu apa yang harus diwaspadai orang tua dan guru?
Lubang distraksi jagad maya
Memusatkan pembelajaran di media sosial memungkinkan siswa mengakses kegiatan non-akademik saat aktivitas belajar dilakukan – dari permainan online hingga video yang tidak berkaitan dengan kegiatan belajar.
Survei di Amerika pada tahun 2019, misalnya, menunjukkan 29% waktu yang dihabiskan anak dalam sehari di internet adalah untuk multitasking.
Baca Juga: Cara menggunakan Youtube Shorts yang Baru Meluncur di Indonesia
Selain membuka situs belajar atau mencari materi, siswa sering teralihkan fokusnya untuk membuka portal hiburan atau melakukan obrolan di luar pembelajaran melalui aplikasi chat, sehingga mengganggu aktivitas belajar. Sebagian besar orang tua juga mengeluhkan bagaimana banyak siswa senang berlama-lama dengan gawai mereka meski aktivitas belajar telah usai.
Padahal, multitasking hanya optimal dilakukan pada pekerjaan yang berkaitan dan tingkat kesulitannya setara.
Pada aktivitas yang serupa dan berhubungan, otak manusia lebih mudah mencerna informasi. Misalnya, kegiatan membaca lebih efektif jika bersamaan dengan mendengar penjelasan terhadap materi tersebut, ketimbang mendengarkan tayangan lain di luar aktivitas belajar.
Riset menemukan bahwa saat anak tidak fokus pada satu tipe pekerjaan ketika belajar, daya konsentrasi mereka menjadi menurun.
Lebih dari sekadar mengalami gangguan fokus, memindahkan tayangan program pembelajaran ke Youtube bahkan berpotensi membuat banyak anak menunda waktu belajar (procrastinating).
Survei di Inggris pada tahun 2018 pada 2000 siswa berusia 11-15 tahun menunjukkan bahwa YouTube lebih menganggu pembelajaran ketimbang televisi. Anak-anak yang disurvei menyatakan mereka rela menunda aktivitas belajar demi menonton video Youtube.