Suara.com - Nokia diyakini dapat kembali dalam perlombaan memperebutkan pasar 5G global. Analis menyoroti kinerja sang CEO Nokia, dan memprediksi terdapat peningkatan di bawah kendali pimpinan tersebut.
Dianggap sebagai "underdog 5G" setelah bertaruh pada jenis chip yang salah dan kehilangan kontrak multi-miliar Verizon ke Samsung, Nokia baru-baru ini mendapatkan dukungan dari saingan beratnya, Ericsson.
Bahkan Ericsson dan Nokia mendapatkan keuntungan dari kebijakan AS yang diketahui cukup menekan Huawei di pasar Eropa dan Amerika Serikat.
Setahun setelah sang CEO Nokia, Pekka Lundmark mengambil kendali perusahaan, mereka diyakini cukup kuat dalam bersaing di pasar 5G.
Lundmark pada Februari lalu menjelaskan tentang tahun transisi yang "menantang" dengan "hambatan yang berarti". Namun dua kuartal terakhir menunjukkan bahwa Nokia berada di jalur yang tepat.
![Logo Nokia. [Shutterstock]](https://media.suara.com/pictures/original/2020/05/17/96245-logo-nokia.jpg)
"Perubahan drastis dan peningkatan kinerja di bawah pengawasan Pekka Lundmark jelas terlihat. Peluang di pasar 5G, kemalangan perusahaan lain, dan fokus pada produk utama telah membantu menghidupkan bisnis kembali," kata Paolo Pescatore, seorang analis di PP Foresight dikutip dari NDTV.
Lundmark, yang menjadi CEO Agustus tahun lalu, telah memberhentikan ribuan karyawan dan menjalin kemitraan baru dengan perusahaan teknologi setelah berjanji untuk "melakukan apa pun yang diperlukan" untuk memimpin dalam 5G.
Nokia juga telah berinvestasi secara signifikan dalam chipset Reefshark, memangkas biaya peralatan 5G, dan memberikan lebih banyak otonomi pada unit bisnisnya agar lebih bersaing.

Saat perombakan tersebut membuahkan hasil, latar belakang geopolitik (terutama terkait Huawei) memberikan keuntungan bagi Nokia. Baik Nokia dan Ericsson telah mendapatkan pelanggan yang mungkin telah beralih ke Huawei.
Baca Juga: Redmi Note 10 5G vs Realme 8 5G, Duel HP 5G dengan Harga Super Murah
Dalam fase kedua penyebaran 5G oleh China Mobile pekan lalu, pangsa 5G Ericsson turun dari lebih dari 11 persen menjadi sekitar 2 persen. Sementara itu, Nokia mendapatkan kesepakatan 5G China pertamanya dengan pangsa 4 persen dari 6 miliar dolar AS.