Arkeolog Stuart Campbell dari University of Manchester dan rekan Elizabeth Healey, Yaroslav Kuzmin, dan Michael Glascock menentukan komposisi dan sumber geografis artefak melalui analisis geokimia, khususnya fluoresensi sinar-X.
Dilansir laman Gizmodo, Kamis (7/10/2021), cermin obsidian dibombardir dengan sinar-X, hingga mengeluarkan sejumlah radiasi yang terukur (fluoresensi).
Elemen yang berbeda dalam obsidian menghasilkan berbagai jenis fluoresensi, memungkinkan tim mengukur komposisi kimianya, yang pada gilirannya menciptakan semacam sidik jari kimia untuk objek tersebut.
"Hal yang baik tentang melakukannya dengan obsidian adalah bahwa obsidian hanya ditemukan di sejumlah gunung berapi di seluruh dunia, jadi ada cukup sedikit sumber potensial dan kami sebagian besar mengetahui komposisinya," jelas Campbell.
“Jadi itu hanya menjadi kasus pencocokan profil kimia objek dengan profil kimia dari semua sumber obsidian potensial.”
Dalam hal ini, sidik jari kimia dari cermin John Dee sangat cocok dengan profil obsidian Meksiko, khususnya obsidian dari Pachuca, dimana merupakan sumber obsidian Aztec.
![Ilustrasi peninggalan suku Aztec. [Shutterstock]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2020/01/28/71488-peninggalan-suku-aztec.jpg)
Selain peninggalan ini, tim menganalisis dua cermin Aztec lain yang diduga dan lempengan obsidian persegi panjang yang dipoles, ketiganya juga ditemukan berasal dari Meksiko.
“Kami juga dapat menggunakan studi sebelumnya tentang cermin obsidian Aztec dan, sebagai bagian dari penelitian ini, kami membuat katalog baru cermin serupa yang dikenal di koleksi museum,” kata Campbell.
“Saat ini kami mengetahui 18 cermin jenis ini dan, meskipun ada beberapa variasi, jelas bahwa cermin John Dee sangat cocok dengan kelompok ini.”
Baca Juga: Proyek Tol Solo-Jogja Tak Berani Menggusur, Yoni di Klaten Ternyata Simbol Seks
Ketertarikan Eropa pada cermin-cermin ini mungkin merupakan cerminan bagaimana suku Aztec menggunakannya.