"Untuk proteksi kebakaran di data center ada dua jenis, yakni pasif dan aktif," kata Bogi.
Dia menjabarkan, sisi pasif mencakup desain arsitektur dan instalasi material, sedangkan aktif mencakup sistem deteksi kebakaran, pencegah kebakaran, dan penyiram api.
"Sistem deteksi aktif bisa menggunakan Very Early Smoke Detection Apparatus (VESDA) yang berfungsi mendeteksi asap pada tahap yang sangat awal dan memperingatkan pengguna," jelasnya.
Untuk fire supression system (fss), kata dia, bisa menggunakan IG-55 yang memungkinkan evakuasi personel yang aman.
Sedangkan untuk sistem penyiram api, bisa menerapkan penyiram api pipa kering pra-aksi di mana sistem diaktifkan oleh pendeteksi kebakaran.
Selain itu, kata Bogi, pemilihan lokasi data center juga penting.
![Ilustrasi internet. [fancycrave1/Pixabay]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2021/11/04/48628-ilustrasi-internet.jpg)
Hal harus dipertimbangkan dan dievaluasi adalah assessment potensi bencana, sampai proximity to public area.
Selain lahan, pembangunan gedung data center harus mempertimbangkan aspek teknis floor loading, kekuatan dinding untuk menghadapi bahaya dari luar.
Sedangkan dalam perencanaan, instalasi, dan perawatan data center harus melalui standar-standar yang berlaku, salah satunya pada media suppression bisa berbahaya jika tidak didesain secara benar.
Baca Juga: Huawei Siapkan Data Center Ramah Lingkungan di Indonesia
"Telkom terdorong untuk mengakomodasi terbentuknya ekosistem digital, salah satunya melalui ekosistem data center dan Edge dimana Neucentrix merupakan bagian dari ekosistem tersebut," tutur Bogi.