Rincinya, jumlah terbanyak serangan siber menimpa aktivis dengan 50 insiden (25,91%), warga biasa 34 insiden (17,62%), mahasiswa 27 insiden (13,99%), jurnalis dan media 25 insiden (12,95%), lembaga pemerintah 17 insiden (8,81%), pegawai swasta 12 insiden (6,22%), organisasi masyarakat sipil 10 insiden (5,18%), aparatur sipil negara 2 insiden (1,04%), dan lain-lain 12 insiden (6,22%).
Damar mencontohkan, serangan digital yang menyerang aktivis ini terjadi pada staf KPK yang menolak Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) pada Mei, Juni, dan September 2021. Tak hanya itu, beberapa mahasiswa dan jurnalis juga diserang karena mengkritisi topik serupa.
Contoh lainnya terjadi pada mahasiswa, di mana saat itu Pengurus BEM UI mengkritik Presiden Joko Widodo lewat meme King of Live Service pada Juni 2021. Empat mahasiswa pengurus BEM UI, termasuk ketuanya Leon Alvinda Putra, mengalami serangan berupa peretasan WhatsApp dan Instagram.
Latar belakang lain yang juga menjadi serangan digital ini adalah warga biasa, biasanya terkait dengan kasus pribadi atau penipuan melalui aplikasi. Namun, ada juga pejabat publik, artis, musisi, dan pesohor lain.