“Kami percaya bahwa akan sangat sulit untuk mengelola sesuatu ketika kita tidak punya tolak ukurnya," kata Janson Seah, Co-Founder StaffAny dalam keterangan resminya, Selasa (22/3/2022).
Dia menambahkan, sebanyak 60 persen bisnis baru gagal dalam dua tahun pertama karena manajemen staf dan perencanaan sumber daya yang kurang profesional.
"Dengan menyediakan tools pendukung terbaik untuk pelaku bisnis, kami berharap bisa memperbesar peluang mereka untuk berkembang dan berkontribusi pada perekonomian negara,” terangnya.
Biasanya, bisnis yang baru berdiri jarang memiliki waktu ataupun kemampuan untuk mentransformasi operasional mereka menjadi serba-digital dan serba-otomatis.
Hal ini bisa berakibat pada kesalahan dalam absensi kehadiran, penugasan shift, korupsi waktu kerja, atau pembayaran lembur yang salah.
Selain itu, banyak faktor kesalahan manusia serta ketidakakuratan data yang membuat produktivitas perusahaan menjadi rendah.

Bahkan, biaya pengoperasian SDM melonjak tinggi karena menggunakan cara manual yang menghabiskan waktu (seperti kartu absen, mesin biometrik, atau Excel).
Selain itu, di tengah situasi 'New Normal' akibat pandemi Covid-19 belakangan ini, StaffAny juga melihat adanya lonjakan permintaan terhadap sistem absensi nirsentuh (contactless). yang dapat menggantikan dan memodernisasi kartu absen atau sistem biometrik.
Lonjakan ini biasanya terjadi di bisnis yang membutuhkan kehadiran fisik, seperti staf lapangan, F&B, toko ritel offline, gerai di mal, dll.
Baca Juga: Sayurbox Raih Pendanaan Seri C Senilai Rp 1,7 Triliun
StaffAny hadir untuk mengoptimalkan proses tersebut melalui SaaS penjadwalan yang terintegrasi secara real-time dan mampu menyederhanakan pembagian waktu untuk pekerjaan shift.