Hantu Perempuan Dominasi Film Horor Indonesia Bukti Kentalnya Budaya Patriarki

Liberty Jemadu Suara.Com
Senin, 13 Juni 2022 | 15:59 WIB
Hantu Perempuan Dominasi Film Horor Indonesia Bukti Kentalnya Budaya Patriarki
Badarawuhi, Karakter Hantu Cantik di Film KKN Desa Penari yang Diperankan Aulia Sarah (instagram/kknmovie)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Konstruksi sosok perempuan sebagai korban sekaligus monster

Hasil studi kami terhadap 559 film horor Indonesia yang terbit selama periode 1970-2019 menunjukkan bahwa perempuan sangat dominan direpresentasikan sebagai hantu dan karakter utama.

Sebanyak 338 (atau 60,47%) dari total film tersebut menghadirkan sosok perempuan sebagai hantu utama. Hanya 135 film (atau 24,15%) yang menghadirkan sosok laki-laki sebagai hantu utama. Sementara, 86 film (atau 15,38%) menghadirkan sosok perempuan dan laki-laki sebagai hantu utama.

Sementara itu, peran utama laki-laki sering berwujud tokoh pemuka agama, seperti ustaz atau pastor yang bertugas untuk ‘mengusir’ atau ‘menyembuhkan’ tokoh protagonis perempuan yang menjelma menjadi hantu untuk kembali ke alamnya.

Para audiens digiring ke arah narasi bahwa arwah gentayangan, roh, hantu, siluman, dan semua representasi karakter utama perempuan harus patuh dan taat pada kekuatan agama dari sang ustaz atau pastor yang kebanyakan laki-laki.

Film-film horor juga selama ini banyak menggambarkan sosok perempuan dalam film horor Indonesia sebagai pemberontak yang sedang menghadapi ketidakadilan yang dilakukan oleh laki-laki, baik secara personal maupun akibat sistem.

Pemberontakan itu sendiri biasanya muncul melalui dua pola narasi. Pertama, pemberontakan secara fisik dengan cara memukul, menghujamkan pisau, dan mencekik leher. Kedua, perlawanan atau pemberontakann dilakukan secara psikologis dengan cara menghantui dan meneror orang yang mencelakainya.

Dengan kata lain, sosok perempuan dalam film horor yang muncul sebagai hantu bertujuan untuk membalas dendam atas ketidakadilan yang mereka terima atas keperempuanan mereka sendiri.

Film horor hampir selalu menampilkan paradoks atas sosok perempuan. Di satu sisi, mereka dikonstruksi sebagai korban, sedangkan di sisi lain, mereka punya sifat layaknya monster. Perempuan dalam film awalnya ditampilkan sebagai korban, lalu kemudian berubah menjadi hantu yang menampilkan sisi monster.
Feminisme direpresentasikan sebagai penyelewangan sistem

Baca Juga: 8 Fakta Film Ivanna, Selain Indonesia Bakal Tayang di 3 Negara Ini

Perempuan sebagai hantu dalam film horor juga kerap tampil sebagai peneror dengan berbagai tindakannya yang dianggap menyimpang. Ini termasuk suara tertawa mereka yang keras dan terbahak-bahak, seperti dalam film Kuntilanak (2018).

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI