Suara.com - Amerika Serikat lewat NASA bukan satu-satunya negara yang bekerja untuk membawa umat manusia kembali ke bulan.
NASA yang gagal meluncurkan Artemis 1 untuk misi ke Bulan, Sabtu (3/9/2022), telah mendatangkan sejumlah mitra internasional, termasuk badan antariksa Jepang, Kanada, dan Eropa.
Dua kekuatan luar angkasa lainnya, China dan Rusia, bukan bagian dari konsorsium, tetapi mereka memiliki misi ke Bulan juga.
![Roket Artemis batal meluncur ke bulan [Foto: Tangkapan layar Twitter]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2022/09/04/41931-roket-artemis-batal-meluncur-ke-bulan.jpg)
China dan Rusia mengumumkan pada Maret 2021 bahwa mereka bekerja sama dalam sebuah proyek ambisius yang disebut International Lunar Research Station (ILRS).
Seperti Artemis, bertujuan untuk mendirikan pangkalan di dekat kutub selatan Bulan, dilansir laman Space.com, Senin (5/9/2022).
Memang, kedua proyek tampaknya menargetkan petak umum yang sama dari real estat Bulan (terbuka di tab baru), daerah dataran tinggi yang menawarkan akses mudah ke banyak sinar Matahari serta air es yang dianggap melimpah di lantai bayangan kawah kutub.
![Misi ke Bulan International Lunar Research Station (ILRS). [CNSA.gov.cn]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2022/09/05/83701-misi-ke-bulan-international-lunar-research-station-ilrs.jpg)
Ada tiga fase utama dari upaya ILRS, pejabat ruang angkasa China telah menjelaskan, yakni pengintaian, konstruksi dan pemanfaatan.
Fase pertama sudah berlangsung, menganalisis data yang dikumpulkan oleh misi robot Chang'e 4 China, yang mendarat di sisi jauh Bulan pada Januari 2019.
Fase pengintaian akan berlanjut selama beberapa tahun ke depan dengan pekerjaan misi robot tambahan yang belum diluncurkan seperti Chang'e 6, Chang'e 7 dan Luna 25 Rusia, Luna 26 dan Luna 27 probe.
Baca Juga: Dua Kali Gagal, NASA Putuskan Tunda Peluncuran Artemis I
Tahap konstruksi sekitar satu dekade akan dimulai pada 2026, menampilkan lebih banyak misi robotik oleh China, Rusia dan (berpotensi) mitra internasional.