BAKTI Komdigi Akui Ada 2.121 Desa di Indonesia Belum Kebagian Internet

Dicky Prastya Suara.Com
Rabu, 10 Desember 2025 | 22:12 WIB
BAKTI Komdigi Akui Ada 2.121 Desa di Indonesia Belum Kebagian Internet
Ilustrasi BTS Telkomsel, Jakarta, Selasa (11/3/2025). [Suara.com/Dythia]
Baca 10 detik
  • BAKTI Komdigi mengidentifikasi terdapat 2.121 desa di Indonesia masih belum memiliki akses internet per kuartal kedua tahun 2025.
  • BAKTI sedang menganalisis kebutuhan infrastruktur 4G bervariasi, seperti BTS atau Super Wifi, untuk menjangkau wilayah 3T.
  • Satelit SATRIA-1, hasil KPBU senilai Rp 6,42 triliun, telah menghubungkan 30.017 titik layanan publik sejak beroperasi 2024.

Suara.com - Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi Kementerian Komunikasi dan Digital atau BAKTI Komdigi mengakui kalau masih ada 2.121 desa di Indonesia yang blank spot alias belum kebagian akses internet.

"Menurut data kuartal dua (Q2) 2025, masih ada sekitar 2.121 desa blank spot di Indonesia," kata Direktur Utama BAKTI Komdigi, Fadhilah Mathar saat konferensi pers di Stasiun Bumi (Gateway) Satria-1 Satelit Nusantara Tiga, di Cikarang, Rabu (10/12/2025).

Perempuan yang akrab disapa Indah ini menyatakan kalau BAKTI Komdigi masih menganalisis kebutuhan infrastruktur internet 4G di desa yang berada di wilayah terdepan, terluar, tertinggal alias wilayah 3T.

Sebab dalam temuannya, satu menara base transceiver station (BTS 4G) bisa cukup untuk satu desa atau malah sebaliknya, perlu dua BTS 4G untuk satu desa.

Selain itu, kendala lainnya yakni tidak semua desa berpenghuni atau berpemukiman. Makanya infrastruktur internet yang akan disiapkan BAKTI Komdigi bisa bervariasi, tak hanya menara BTS 4G.

Dirut BAKTI Komdigi Fadhilah Mathar saat konferensi pers di Stasiun Bumi (Gateway) Satria-1 Satelit Nusantara Tiga di Cikarang, Jawa Barat, Rabu (10/12/2025). [Suara.com/Dicky Prastya]
Dirut BAKTI Komdigi Fadhilah Mathar saat konferensi pers di Stasiun Bumi (Gateway) Satria-1 Satelit Nusantara Tiga di Cikarang, Jawa Barat, Rabu (10/12/2025). [Suara.com/Dicky Prastya]

"Misalnya dalam satu desa itu jumlah penduduknya tidak terlalu banyak dan mereka tersentralisasi di suatu tempat, tidak harus teknologinya teknologi seluler. Kita bisa memberikan misalnya super wifi karena masih bisa mencakup jumlah penduduk di desa tersebut," beber dia.

Salah satu infrastruktur internet yang disediakan BAKTI Komdigi adalah Satelit Republik Indonesia 1 atau Satria-1.

Satelit SATRIA-1 merupakan proyek Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) yang menyediakan satelit berkapasitas 150 Gbps untuk memperkuat konektivitas digital, khususnya di wilayah tertinggal, terdepan, terluar (3T), serta lokasi prioritas layanan publik yang beroperasi sejak tahun 2024. 

Dengan total investasi sekitar Rp 6,42 triliun dan skema Build–Operate–Transfer (BOT), proyek ini dilaksanakan oleh PT Satelit Nusantara Tiga (SNT) sebagai Badan Usaha Pelaksana (BUP), dengan Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) selaku Penanggung Jawab Proyek Kerja Sama (PJPK), di mana sebagian wewenangnya didelegasikan kepada BAKTI Komdigi.

Baca Juga: Starlink Banyak Dipakai Korban Banjir Sumatra, Bisakah Indonesia Bikin Satelit Pesaing?

Hingga 7 Desember 2025, SATRIA-1 telah menghubungkan 30.017 titik layanan publik di seluruh Indonesia, termasuk sekolah, puskesmas, fasilitas pemerintahan, dan titik pertahanan-keamanan dengan kecepatan internet hingga 10 Mbps per lokasi. 

Selain itu, Infrastruktur pendukung proyek SATRIA 1 dilengkapi dengan 11 gateway yang tersebar di Batam, Pontianak, Banjarmasin, Cikarang, Manado, Ambon, Kupang, Manokwari, Timika, Jayapura, dan Tarakan, yang berfungsi sebagai penghubung utama antara satelit dan jaringan internet nasional.

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI