Apa itu Quick Commerce yang Semakin Digandrungi Orang Indonesia?

Selasa, 15 November 2022 | 01:05 WIB
Apa itu Quick Commerce yang Semakin Digandrungi Orang Indonesia?
Studi Populix menemukan bahwa orang Indonesia makin gencar belanja lewat layanan quick commerce. Foto: Ilustrasi belanja online, pengiriman barang. (Foto: Dok. wehelpyou)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Namun sebaliknya, responden juga kerap menemukan beberapa kelemahan dari aplikasi quick commerce seperti waktu flash sale terlalu singkat (63 persen), harga diskon yang sama dengan harga normal produk (44 persen), dan sistem aplikasi sering bermasalah (32 persen).

Sebagai layanan yang mengandalkan kecepatan durasi pengantaran, mayoritas responden menilai bahwa durasi pengantaran ideal adalah 30 menit hingga satu jam.

Secara rata-rata, 80 persen responden menggunakan layanan quick commerce beberapa kali setiap bulannya untuk berbelanja kebutuhan pokok, makanan ringan (snack), serta bahan memasak dan bumbu dapur.

Adapun layanan pengiriman yang paling banyak dipilih konsumen Indonesia saat belanja di quick commerce yakni GoSend (73 persen), Grab Express (58 persen), dan kurir yang disediakan oleh aplikasi (35 persen).

Sementara itu, mayoritas responden mengandalkan e-wallet (79 persen) dan cash-on-delivery atau COD (56 persen) sebagai metode pembayaran yang digunakan dalam berbelanja.

Hasil riset Populix lainnya mengungkap sebanyak 86 persen responden mengatakan telah berbelanja di aplikasi quick commerce dalam sebulan terakhir. Bahkan 54 persen di antaranya berbelanja dalam beberapa hari terakhir.

Hampir seluruh responden (97 persen) mengatakan akan terus berbelanja di aplikasi quick commerce karena kemudahan pemesanan barang yang dapat dilakukan dari mana saja dan kapan saja (71 persen), waktu pengiriman yang singkat (62 persen), kualitas produk yang baik (48 persen), kemampuan untuk melacak progres pengiriman (46 persen), ketersediaan berbagai variasi produk (45 persen), hingga harga yang lebih murah (45 persen).

Sebaliknya, di antara 3 persen responden yang enggan berbelanja di aplikasi quick commerce mengatakan biaya pengiriman yang mahal (40 persen), tidak bisa mencoba atau melihat produk secara langsung sebelum membeli (39 persen), dan durasi pengiriman yang lama (29 persen), dan ketidaksesuaian produk dengan spesifikasi yang dicantumkan dalam aplikasi (27 persen).

Baca Juga: 11 November Memperingati Hari Apa? Ini Kaitan Single Day dan Hari Belanja Online

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI