
"Kami harus melakukan live streaming setiap hari selama 4-5 jam. Jika ada satu hari tanpa sesi live shopping, algoritma TikTok akan di-reset. Ini menjadi challenge tersendiri, khususnya bagi pelaku bisnis berskala kecil yang belum bisa konsisten menjalankan sesi live shopping di aktivitas bisnis mereka sehari-hari karena keterbatasan sumber daya," ujar pendiri brand fashion wanita di Bandung.
Uniknya, di dalam ekosistem bisnis Tanah Air, keterbatasan tidak lantas menjadi halangan.
Ketika sebuah perubahan diadaptasi dengan baik, justru dapat membuka kesempatan bagi pelaku bisnis lainnya, seperti misalnya agensi yang menawarkan jasa live shopping.
Kehadiran agensi ini membantu brand lokal yang belum siap membangun studio sendiri atau merekrut tim internal, untuk mengoptimalkan strategi mereka dalam live shopping dan mampu bersaing dengan pebisnis lokal lainnya.
"Tren live shopping di Indonesia, khususnya TikTok Shop, tahun ini memang meningkat pesat, baik dari sisi penjual maupun pembeli," kata Jayant Kumar, CEO dan Co-Founder Selleri, sebuah platform dropshipper di Jakarta.
Persaingan yang sangat ketat dan seringkali mengakibatkan penurunan keuntungan dibanding tempat penjualan lain.
"Kolaborasi, edukasi, dan adaptasi strategi yang tepat, brand lokal Indonesia dapat memanfaatkan peluang yang ditawarkan oleh perkembangan teknologi, sambil tetap menjaga keberlanjutan dan pertumbuhan bisnis mereka,” tutur Achmad Alkatiri, CEO dan Founder Hypefast,