Meta menjelaskan kalau banyaknya akun yang pindah ke media sosial alternatif dikarenakan platform besar sudah mulai ketat dalam mengawasi konten. Maka dari itu banyak akun yang beralih ke media sosial lebih kecil karena pengawasan lebih longgar.
Perusahaan pun menyebut kalau munculnya AI generatif berpeluang menimbulkan masalah baru dalam kampanye disinformasi. Tapi teknologi ini sepertinya belum sampai ke aktivitas seperti hack (peretasan) ataupun kebocoran data.
Di sisi lain Meta juga mulai menanamkan investasi ke AI untuk mengidentifikasi konten yang sekiranya melanggar kebijakan. Perusahaan pun ikut menggandeng 100 lembaga independen cek fakta untuk meninjau saringan konten dari AI tersebut.
“Meskipun penggunaan AI oleh pelaku ancaman yang kami lihat sejauh ini masih terbatas dan tidak terlalu efektif, kami ingin tetap waspada dan bersiap untuk merespons seiring dengan berkembangnya taktik mereka,” tulis laporan itu.