Suara.com - Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) memastikan kalau harga diskon internet Starlink di Indonesia bukanlah fenomena predatory pricing alias strategi jual rugi demi menyingkirkan pesaing.
Hal ini diungkapkan oleh Anggota KPPU RI, Eugenia Mardanugraha saat menanggapi diskon perangkat keras Starlink yang dijual Rp 4.680.000 dari harga asli Rp 7,8 juta.
"Jadi bukan cuma untuk produk ini (Starlink) saja, tetapi untuk semua produk-produk di mana pesaing itu masuk dengan harga yang lebih murah itu belum tentu dan kemungkinan besar itu bukan predatory pricing," kata Eugenia saat ditemui di Kantor KPPU, Jakarta, Rabu (29/5/2024).
Menurutnya, sebuah persaingan dalam dunia bisnis adalah hal biasa. Hal itu juga berlaku pada Starlink, layanan internet yang dimiliki Elon Musk.
Apabila pemain baru seperti Starlink masuk ke Indonesia, bukan berarti operator seluler maupun penyedia layanan internet berbasis satelit yang sudah di RI bakal terancam bisnisnya.
"Ketika ada pemain baru masuk tentu pemain lama itu, bukan terancam sih ya, maksudnya ada persaingan lah. Justru itu di situ malahan bagus bagi iklim usaha," lanjut Eugenia.

Ia menerangkan, sebuah persaingan justru membuat iklim usaha lebih sehat. Sebab perusahaan bisa saling meningkatkan kualitas produknya masing-masing.
Selain itu, harga masing-masing produk juga dinilainya harus bersaing agar iklim bisnis semakin sehat.
"Nah itu yang dijaga oleh KPPU bagaimana kehadiran dari Starlink ini sebagai pemain baru itu akan membuat persaingan yang sehat di antara pelaku usaha di pasar internet," jelasnya.
Baca Juga: KPPU Selidiki Lazada soal Dugaan Monopoli dan Kerugian Konsumen
Sementara itu Anggota KPPU lainnya, Hilman Pujana memastikan pihaknya bakal terus memantau bisnis Starlink maupun pelaku industri telekomunikasi yang sudah ada di Indonesia.