Makanya Apple mengambil langkah pencegahan lewat kenaikan produksi daripada menunggu keputusan selanjutnya.
Strategi produksi Apple juga menyoroti upayanya untuk mendiversifikasi basis manufaktur.
![Apple Store pertama di Malaysia yang dinamakan Apple The Exchange TRX. [Apple]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2024/06/23/66434-apple-store-malaysia-bernama-apple-the-exchange-trx.jpg)
Sejauh ini China dan Vietnam masih jadi pusat utama produksi Apple. Namun kedua negara tersebut terdampak kenaikan tarif Trump masing-masing hingga 245 dan 46 persen.
Hal ini menjadi risiko besar bagi Apple. Laporan terbaru menyebut kalau raksasa teknologi itu ingin meningkatkan produksinya di lebih banyak negara seperti India dan Brasil untuk iPhone 16e.
Dengan menyebarnya lokasi produksi di banyak negara, Apple tampaknya mencoba melindungi perusahaan dari tarif Trump di masa mendatang.
Kendati begitu peningkatan produksi ini bukan ditujukan untuk produk baru Apple. Rencana ini akan dilakukan untuk iPhone dan iPad yang sudah dirilis.
Artinya, Apple hanya menimbun stok sebelum meluncurkan iPhone 17 pada September 2025 mendatang.
Jika tekanan tarif Trump mulai reda, Apple kemungkinan dapat lebih fleksibel menghadapi pesanan musim gugur.
Pendekatan proaktif Apple sangat masuk akal. Ini menunjukkan perusahaan tidak menunggu untuk melihat bagaimana kebijakan perdagangan berjalan.
Baca Juga: Galaxy Z Fold dan Galaxy Z Flip 7 Siap Diproduksi Massal, HP Lipat Tiga Menyusul
Sebaliknya, perusahaan mengambil langkah-langkah untuk menjaga aliran produk dan menghindari kekacauan rantai pasokan.