Suara.com - Riset dari PwC 2025 Global AI Jobs Barometer mengungkapkan kalau teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence atau AI) membuat para pekerja lebih bernilai, produktif, dan mampu mendapatkan kenaikan gaji lebih tinggi.
Tak hanya itu, laporan yang didasarkan pada analisis hampir 1 miliar iklan lowongan kerja dari enam benua ini menjelaskan kalau AI membuat jumlah pekerjaan terus meningkat, bahkan di bidang yang dianggap paling mudah diotomatisasi.
"Bertentangan dengan beberapa proyeksi, data dalam laporan tidak menunjukkan adanya penurunan jumlah pekerjaan atau gaji secara global akibat AI," kata Chief Digital and Technology Officer PwC Indonesia, Subianto, dikutip dari siaran pers, Kamis (26/6/2025).
Ia menerangkan, sejak berkembangnya AI generatif atau Gen AI di tahun 2022, produktivitas hampir meningkat empat kali lipat di industri yang paling terdampak seperti jasa keuangan dan penerbitan software. Dari sebelumnya 7 persen selama pada periode tahun 2018-2022, kini menjadi 27 persen pada periode 2018-2024.
Sebaliknya, pertumbuhan produktivitas di industri yang paling sedikit terdampak oleh AI seperti pertambangan dan perhotelan, justru menurun dari 10 persen menjadi 9 persen dalam periode yang sama.
AI justru tambah lowongan kerja
Meski pekerjaan yang kurang terdampak AI mengalami pertumbuhan tinggi (65 persen) dalam beberapa tahun terakhir (2019-2024), Subianto mengatakan pertumbuhan tetap kuat pada pekerjaan yang lebih terdampak oleh AI dengan persentase 38 persen.
Ia membagi kelompok pekerjaan yang terdampak AI. Pertama yakni pekerjaan yang diotomatisasi langsung oleh AI, dan kedua adalah pekerjaan yang ditingkatkan oleh manusia berkat AI.
Di antara kedua jenis ini, jumlah pekerjaan terus meningkat di semua industri yang dianalisis, meskipun pekerjaan yang ditingkatkan oleh AI tumbuh lebih cepat.
Baca Juga: Cara Menggunakan Gemini CLI, Solusi Buat Konten dan Deteksi Error
“Laporan ini menunjukkan bahwa sektor Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) memimpin dalam adopsi AI, permintaan keterampilan AI, dan pertumbuhan produktivitas. Meskipun jumlah pekerjaan secara keseluruhan menurun, peran yang melibatkan AI terus tumbuh dan menawarkan gaji yang lebih tinggi," beber dia.
AI bikin karyawan naik gaji
Subianto melanjutkan, secara global AI bikin para karyawan mendapatkan gaji dua kali lebih cepat di industri yang lebih terdampak AI dibandingkan yang kurang terdampak, baik pada pekerjaan yang dapat diotomatisasi maupun yang ditingkatkan oleh AI.
Menurut dia, pekerjaan yang membutuhkan keterampilan AI juga menawarkan gaji lebih tinggi dibandingkan peran serupa yang tidak memerlukan keterampilan AI.
Tercatat rata-rata premi gaji mencapai 56 persen, naik dari 25 persen di tahun lalu. Pekerjaan yang membutuhkan keterampilan AI juga tumbuh lebih cepat dibandingkan pekerjaan lainnya, meningkat 7,5 persen dari tahun lalu, meskipun jumlah total lowongan kerja turun 11,3 persen.
Karyawan perempuan ikut terdampak AI
Walaupun informasi terkait produktivitas, gaji, dan pekerjaan cukup positif, laporan ini juga menyoroti perlunya pekerja dan pelaku bisnis untuk beradaptasi dengan perubahan yang jauh lebih cepat.
Kebutuhan keterampilan yang dicari oleh perusahaan berubah 66 persen lebih cepat pada pekerjaan yang terdampak AI, naik dari 25 persen tahun lalu.
Faktor-faktor yang dibutuhkan untuk berhasil pada pekerjaan yang terdampak AI juga berubah dalam hal lain. Misalnya, permintaan perusahaan terhadap gelar formal menurun untuk semua jenis pekerjaan, terutama pada pekerjaan yang terdampak AI.
Persentase pekerjaan yang ditingkatkan oleh AI dan membutuhkan gelar turun dari 66 persen menjadi 59 persen antara 2019 dan 2024, dan turun dari 53 persen menjadi 44 persen untuk pekerjaan yang diotomatisasi oleh AI.
Laporan ini juga menunjukkan bahwa dampak AI terhadap pekerja berdasarkan gender. Terungkap kalau lebih banyak perempuan yang bekerja di peran yang terdampak AI dibandingkan pria, yang berarti tekanan keterampilan terhadap perempuan bisa lebih tinggi.
Lebih lanjut Subianto mengatakan kalau teknologi AI sebenarnya tidak mengurangi nilai pekerjaan, justru meningkatkannya. Orang yang mampu bekerja secara efektif dengan AI bakal semakin bernilai dengan dunia kerja saat ini.
"Meski beberapa industri seperti TIK mungkin mengalami perubahan kebutuhan tenaga kerja karena AI mengambil alih tugas-tugas rutin, hal ini juga membuka peluang baru untuk inovasi, peningkatan keterampilan, dan peran yang lebih bermakna. Permintaan yang terus meningkat terhadap talenta yang mampu menguasai AI mencerminkan transformasi positif dalam cara kita bekerja dan menciptakan nilai," pungkasnya.