Suara.com - Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengaku bakal menemui pihak Pemerintah China untuk menentukan nasib TikTok diblokir atau tidak di AS.
Trump menyebut kalau mereka hampir mencapai kesepakatan terkait penjualan TikTok di AS, platform video pendek asal China yang dibuat ByteDance.
"Saya kira kita akan mulai hari Senin atau Selasa, berbicara dengan Tiongkok, mungkin Presiden Xi (Xi Jinping) atau salah satu perwakilannya. Kita akan mencapai kesepakatan," kata Trump, dikutip dari The Guardian, Minggu (6/7/2025).
Trump mengatakan kalau dirinya mungkin bakal mengunjungi langsung Xi Jin Ping di China. Sebaliknya, pemimpin Tiongkok itu mungkin bertandang ke AS.
Diketahui baik Trump dan Xi Jinping sama-sama mengundang satu sama lain ke negara masing-masing pada bulan lalu.
Juni kemarin pun Trump telah memperpanjang batas waktu hingga 17 September untuk ByteDance memutuskan bakal melepas bisnis TikTok di AS atau tidak.
Beberapa bulan lalu muncul soal keputusan yang sudah disusun untuk memisahkan TikTok di AS menjadi perusahaan baru yang berpusat di sana, tak lagi dimiliki ByteDance.
Dilaporkan kalau aplikasi video pendek dengan 170 juta pengguna di AS itu akan dimiliki dan dioperasikan oleh investor lokal.
Netapi kesepakatan tersebut ditunda setelah Tiongkok mengindikasikan tidak akan menyetujuinya menyusul pengumuman Trump tentang tarif impor tinggi atas barang-barang buatan China.
Baca Juga: Scrolling Medsos Bikin Brain Rot: Buku Hadir Sebagai Pengalih yang Sehat
Ketika ditanya seberapa yakin China bakal menyetujui kesepakatan, Trump berdalih kalau ia memiliki hubungan baik dengan Presiden Xi Jinping.
"Saya tidak yakin, tetapi saya pikir begitu. Presiden Xi dan saya memiliki hubungan yang baik, dan saya pikir ini baik untuk mereka. Saya pikir kesepakatan itu baik untuk Tiongkok dan juga baik untuk kita," beber dia.
TikTok batal blokir TikTok
Sebelumnya Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali membatalkan kebijakan untuk memblokir TikTok di negaranya. Ia lagi-lagi memberi perpanjangan waktu 90 hari lewat penandatanganan perintah eksekutif demi mencegah TikTok diblokir di AS.
“Presiden Trump akan menandatangani Perintah Eksekutif tambahan minggu ini untuk menjaga TikTok tetap beroperasi,” kata Sekretaris Pers Gedung Putih, Karoline Leavitt, dikutip dari CNBC, Minggu (22/6/2025).
Leavitt mengatakan kalau Trump masih konsisten untuk mempertahankan TikTok tidak diblokir di sana. Perpanjangan ini akan menambah waktu kepada ByteDance selaku induk perusahaan untuk memutuskan apakah mau melepas bisnis TikTok di AS.
“Seperti yang telah dikatakannya berkali-kali, Presiden Trump tidak ingin TikTok ditutup. Perpanjangan ini akan berlangsung selama 90 hari, yang akan digunakan Pemerintah untuk memastikan kesepakatan ini ditutup sehingga rakyat Amerika dapat terus menggunakan TikTok dengan jaminan bahwa data mereka aman dan terlindungi," beber dia.
Sekadar informasi, ByteDance memiliki waktu hingga 19 Juni kemarin untuk menjual operasional TikTok di AS. Hal ini sudah tertuang dalam Undang-Undang Keamanan Nasional yang ditandatangani Mahkamah Agung AS.
Berdasarkan regulasi itu, pemilik toko aplikasi seperti Google Play Store dan Apple App Store juga bisa dikenakan sanksi apabila menyediakan TikTok di platformnya.
Ini juga kali ketiga Trump memperpanjang TikTok untuk tidak diblokir di AS. April lalu, dirinya sudah memberikan waktu ke ByteDance selaku perusahaan induk TikTok selama 75 hari.
Kebijakan ini disampaikan Trump lewat Truth Social, platform buatannya sendiri yang mirip seperti Twitter atau X. Pengumuman ini juga kali kedua sang presiden menunda pemblokiran platform video pendek asal China tersebut.
Trump mengklaim kalau Pemerintah AS sudah bekerja amat keras untuk mencapai kesepakatan demi menyelamatkan TikTok. Ia menyebut kalau usahanya sudah membuat perubahan signifikan.
"Kesepakatan tersebut membutuhkan lebih banyak pekerjaan untuk memastikan semua persetujuan yang diperlukan telah ditandatangani, itulah sebabnya saya menandatangani Perintah Eksekutif untuk menjaga TikTok tetap aktif dan berjalan selama 75 hari ke depan," ungkapnya dalam Truth Social, dikutip dari CNBC, Minggu (6/4/2025).
Ia pun mengharapkan bisa terus bekerja sama secara baik dengan Pemerintah China. Dirinya pun menyadari kalau mereka tidak senang dengan kebijakan tarif impor yang baru saja diumumkan.
"Diperlukan untuk perdagangan yang adil dan seimbang antara Tiongkok dan AS!" lanjut dia.
Trump juga menilai kalau kebijakan tarif impor itu adalah alat ekonomi yang kuat untuk AS. Bahkan juga untuk keamanan nasional negaranya.
Lebih lanjut Trump berharap kalau pemerintahnya tidak ingin TikTok diblokir di AS. Ia pun meminta kerja sama baik dengan platform maupun Pemerintah China untuk menyelesaikan masalah tersebut.
"Kami tidak ingin TikTok 'menjadi gelap'. Kami berharap dapat bekerja dengan TikTok dan Tiongkok untuk mencapai kesepakatan," pungkasnya.
Sementara itu ByteDance selaku perusahaan induk mengaku sudah berdiskusi dengan Pemerintah AS. Mereka mengaku siap mematuhi perjanjian apa pun apabila kesepakatan selesai.
"Kesepakatan belum dilaksanakan. Ada beberapa hal penting yang harus diselesaikan," kata juru bicara ByteDance.
Sebelum keputusan Trump diumumkan, ByteDance diberikan tenggat waktu hingga 5 April untuk melaksanakan divestasi demi memenuhi syarat TikTok beroperasi di AS.
Jika mereka tidak mau menjual platform tersebut ke perusahaan lokal, maka ByteDance harus menutup akses TikTok di Amerika Serikat.
Hal ini dikarenakan regulasi baru yang ditandatangani Presiden AS sebelumnya, Joe Biden. Pada April 2024 lalu, ia telah menandatangani Undang-Undang Keamanan Nasional, yang juga berdampak ke TikTok.
Batas waktu awal ByteDance untuk menjual TikTok mulanya dilakukan 19 Januari. Namun usai Trump terpilih, dia menandatangani perintah eksekutif untuk menunda pemblokiran TikTok dalam waktu 75 hari.
Padahal dalam regulasi itu, toko aplikasi Apple dan Google maupun penyedia layanan bisa terancam dihukum jika masih menyediakan TikTok untuk pengguna di AS. Tapi perintah eksekutif Trump meminta Jaksa Agung untuk tidak menindaknya.