Suara.com - Fenomena sound horeg yang membuat resah publik masih menjadi sorotan banyak orang. Bukan sekadar fenomena biasa, pendapatan harian sound horeg bahkan mencapai Rp 1 miliar sekali tampil?
Aksi iring-iringan truk dan pick-up berisi speaker besar yang menyalakan musik dengan volume ekstrem, kerap terlihat di jalanan hingga perkampungan.
Meski dianggap menghibur sebagian orang, keberadaan sound horeg justru menimbulkan keresahan di banyak wilayah karena mengganggu ketenangan warga.
Namun di balik kontroversinya, industri sound horeg ternyata menyimpan potensi cuan yang luar biasa dibanding dengan usaha lainnya.
Siapa sangka, sekali tampil dalam sebuah event atau konvoi, satu unit sound horeg bisa menghasilkan pendapatan hingga ratusan juta rupiah.
Bahkan dalam beberapa kasus, pendapatan harian sound horeg bisa menyentuh angka Rp 1 miliar. Nilai yang fantastis untuk aktivitas yang sering dianggap sekadar hiburan jalanan.

Hal ini diungkap oleh akun Facebook Pendaki Jadul di laman media sosialnya tersebut. Salah satu pemilik brand sound system menyebut bahwa karnaval sound horeg mendapat putaran uang hingga ratusan dan miliaran rupiah dalam satu event tingkat desa.
Menjadi fenomena baru, event sound horeg rupanya dipandang sebagai peluang bisnis bagi pedagang kecil yang menjual berbagai makanan dan minuman.
Dirinya pun menyebut di tengah karnaval sound horeg, sejumlah orang kerap mengalami kehausan karena sulit mendapatkan air mineral dan makanan. Hal tersebut karena makanan dan minuman penjual sudah habis terjual.
Baca Juga: Benarkah Rakit Satu Truk Sound Horeg Butuh Biaya Setara Sebuah Rumah Mewah?
Lebih lanjut, pemilik usaha bisnis sound horeg ini perlu membayar sewa sound system termasuk truk dan lighting dengan kisaran Rp 20 juta hingga Rp 55 juta per unit.
Viral di Facebook, unggahan mengenai pendapatan fantastis dari fenomena sound horeg ini langsung saja mendapat berbagai komentar dari netizen.
"Untung buat lo doang, buat masyarakat lain? Udah berapa banyak kaca + genteng pecah, udah berapa gapura yang dirobohin, jembatan, tiang lampu? Berapa banyak orang yang kebisingan gara-gara sound, berapa banyak orang-orang yang lu intimidasi gara-gara protes?" balas netizen.
"Yang harus menutup penuh ya pemkab/pemko-nya. Buat aturan sound horeg tidak boleh ada di tempat umum. Kalau mau buat acara seperti itu di lapangan luas, seperti di tengah rimba mungkin mana tau kan hewan-hewan hutan butuh hiburan" komentar akun lainnya.
"Heran sisi positifnya di mana gitu? Lewat gapuro gak bisa lewat, hancurkan gapuranya" ungkap netizen.
"Sabung ayam, judi dll jika dibebaskan juga bisa mengundang UMKM jualan, karena pasti ada kerumunan. Jangan cari pembenaran di atas pelanggaran" tulis akun lainnya.
Asal Muasal Fenomena Sound Horeg
Meski disebut-sebut sebagai hiburan rakyat, tak sedikit warga yang merasa terganggu dan mengeluhkan kebisingannya. Di balik kontroversinya, tren sound horeg ternyata punya sejarah dan akar budaya tersendiri.
Asal-usulnya dapat ditelusuri dari komunitas pecinta audio mobil dan sound system modifikasi di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Awalnya, mereka hanya menggelar kompetisi adu kualitas audio di tempat tertutup seperti lapangan atau gedung.
Namun, seiring waktu, bentuk kegiatannya berubah menjadi pertunjukan keliling dengan konvoi mobil besar yang dilengkapi sistem suara super bertenaga.
Nama "sound horeg" sendiri muncul sebagai gabungan dari "sound system" dan istilah "hore-hore" yang menggambarkan suasana pesta atau hiburan jalanan.
Dalam praktiknya, satu unit sound horeg bisa menyalakan musik EDM, dangdut, atau remix TikTok selama berjam-jam, dan sering kali tanpa izin resmi dari warga sekitar atau pihak berwenang.