Digantikan AI, Perusahaan Ini Sudah Pangkas 4000 Karyawan

Rabu, 03 September 2025 | 11:02 WIB
Digantikan AI, Perusahaan Ini Sudah Pangkas 4000 Karyawan
Ilustrasi AI atau Artificial Intelligence. (Freepik)
Baca 10 detik
  • Salesforce PHK 4.000 karyawan karena efisiensi AI
  • Teknologi Agentforce kurangi kebutuhan tenaga kerja manusia
  • PHK massal jadi tren perusahaan yang ingin tampil efisien di mata investor

Suara.com - Perusahaan Salesforce telah memangkas 4.000 karyawannya.

Hal ini dikarenakan kecanggihan dari kecerdasan buatan (Artificial Intelligence / AI) yang bisa menggantikan pekerjaan manusia.

Adapun, Salesforce adalah perusahaan teknologi asal Amerika yang menyediakan platform manajemen hubungan pelanggan (CRM) berbasis cloud yang canggih.

CEO Marc Benioff mengatakan, kecerdasan buatan telah membantu mengurangi jumlah karyawan perusahaan.

“Saya telah menguranginya dari 9.000 menjadi sekitar 5.000, karena saya membutuhkan lebih sedikit,” kata Benioff saat membahas dampak AI pada operasi Salesforce dilansir CNBC International, Rabu (3/9/2025).

Apalagi, Salesforce telah berada di garis depan revolusi AI dan telah membangun apa yang disebutnya "Agentforce" dari bot layanan pelanggan.

Ilustrasi PHK massal (Pixabay/geralt)
Ilustrasi PHK massal (Pixabay/geralt)

Karena manfaat dan efisiensi Agentforce, kami telah melihat jumlah kasus dukungan yang kami tangani menurun dan kami tidak perlu lagi secara aktif mengisi kembali peran teknisi dukungan,” katanya.

PHK tersebut terjadi setelah Benioff pada musim panas mengumumkan bahwa AI melakukan hingga 50 persen pekerjaan di Salesforce, yang berbasis di San Francisco.

Terlebih, Laurie Ruettimann, konsultan sumber daya manusia, mengatakan AI memengaruhi pekerjaan di beberapa industri.

Baca Juga: ASUS Vivobook S14 (S3407QA), Rekomendasi Laptop AI dengan Baterai Seharian

"Ada PHK di seluruh Amerika yang secara langsung dikaitkan dengan AI, siapa pun yang ingin tetap bekerja atau mencari pekerjaan perlu mempelajari keterampilan baru," katanya.

Sementara itu, Analis Ed Zitron mengatakan, AI disalahkan oleh perusahaan teknologi yang mempekerjakan terlalu banyak orang selama pandemi.

Perusahaan-perusahaan itu sekarang ingin memikat investor dengan mengklaim lebih efisien.

"Itu hanya pola pikir pertumbuhan dengan segala cara. Satu-satunya hal yang penting adalah pertumbuhan, bahkan jika itu menghancurkan kehidupan orang-orang. Bahkan jika hal itu membuat perusahaan menjadi lebih buruk dan menyediakan produk yang kualitasnya buruk," tandasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI

Mau notif berita penting & breaking news dari kami?