-
Musala Ponpes Al Khoziny runtuh menewaskan 52 orang dan melukai puluhan santri lainnya.
-
KH Abdus Salam Mujib dikritik karena pernyataannya soal takdir usai tragedi tersebut.
-
Muncul gerakan “Kami Bersama Kiai Al Khoziny” yang menuai dukungan dan penolakan publik.
Suara.com - Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur ramai mendapat sorotan usai tragedi ambruknya musala pada Senin (28/9) sore. Meski sempat dihujat, kini muncul gerakan dan konten berisi 'Kami Bersama Kiai Al Khoziny'.
Tak hanya satu, beberapa fanspage yang membagikan konten tersebut juga viral.
Sebagai informasi, musala empat lantai Al Khoziny runtuh pada Senin (28/9) saat para santri sedang melakukan salat Asar berjamaah.
Data dari BNPB hingga Minggu (5/10/2025) malam, jumlah korban di Ponpes Al Khoziny mencapai 156 orang.
Di antara 156 orang tersebut, sebanyak 104 orang selamat sementara 52 orang meninggal dunia. Petugas juga menemukan 5 bagian tubuh.

Sejauh ini, Tim DVI Polda Jawa Timur telah mengidentifikasi 10 jenazah korban meninggal dunia.
KH Abdus Salam Mujib diketahui merupakan pimpinan sekaligus pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur.
Pernyataan KH Abdus Salam Mujib mengenai 'takdir' usai runtuhnya musala ramai menuai cibiran netizen. Tak sedikit yang menuntut bila pengurus ponpes harus bertanggung jawab.
"Saya kira memang ini takdir dari Allah. Jadi semuanya harus bisa bersabar. Dan mudah-mudahan diberi ganti oleh Allah yang lebih baik, diberi pahala yang sangat-sangat apa yang enggak bisa mengutarakan. Mudah-mudahan yang dibalas dengan balasan kebaikan oleh Allah," kata KH Abdus Salam Mujib beberapa waktu lalu.
Baca Juga: Detik-detik Tim SAR Tenangkan Ayah Korban Reruntuhan Musala Ponpes Al Khoziny
Tak lama setelah dihujat, muncul gerakan 'Kami Bersama Kiai Al Khoziny'. Konten dukungan terhadap KH Abdul Salam Mujib bahkan sudah ditonton ratusan ribu kali.
Akun TikTok yang mengunggah konten tersebut adalah @aruel1526 dan @zainfakhril.
Melalui kolom komentar, akun yang mengaku keluarga korban menjelaskan bahwa mereka sudah ikhlas dan meminta publik tak menghujat KH Abdul Salam Mujib.
"Tolong bagi yang melihat postingan ini jangan menghujat kyai kami, demi Allah saya ikhlas kehilangan putra saya dalam keadaan syahidd. Beliau guru yang sudah mendidih putra kami dengan begitu sempurnanya," tulis @bo**nep**cit.
Akun @aruel1526 mengungkap bila KH Abdul Salam Mujib merupakan sosok sederhana yang mendedikasikan hidup untuk umat.
"Kami bersama RKH Abdus Salam Mujib. Semoga beliau diberi kesehatan serta kesabaran," tulis @aruel1526.
Akun tersebut juga menarasikan bahwa Abdus Salam Mujib adalah sosok yang melayani para santri 24 jam.
"Raden Kiai Haji Abdussalam Mujib, pengasuh Ponpes Al-Khozini generasi ketiga, telah mendedikasikan hidupnya untuk umat, siang dan malam. 24 jam beliau habiskan untuk melayani, mengajar, mendidik santri dan masyarakat. Walaupun keadaan beliau kurang sehat, namun tak menjadi alasan untuk berhenti melangkah demi amanat sebagaimana leluhurnya. Saat ini nama beliau menjadi bahan olok-olokan para netizen yang mengatasnamakan kemanusiaan dan agama, tapi jauh dari nilai-nilai agama. Mengaku cerdas dan paling bijak, tapi jauh dari kata bijaksana, menghakimi tanpa empati," ungkap @aruel1526.
Akun lain dengan postingan 1 juta view berpendapat bila Kiai Al Khoziny adalah sosok yang paling terluka atas musibah runtuhnya musala.
"Bagi seorang pengasuh, para santrinya adalah separuh jiwanya jika bukan segalanya, baginya para muridnya itu adalah anak-anak ruh-nya, anak-anak yang hanya tidak terlahir dari rahim istrinya, baginya kebahagiaan mereka adalah kebahagiaannya, kenyamanan mereka adalah kenyamanannya, kesedihan mereka adalah kesedihannya, dan kesuksesan mereka adalah puncak cita-cita. Orang yang tidak pernah tau dunia pesantren mungkin tak akan faham kasih sayang unik dan tanpa batas itu, bagaimana para pengasuh justru lebih banyak meluangkan waktu, tenaga dan fikiran untuk para santri. Karena itu ketika pertama kali kabar tentang rubuhnya Musholla Ponpes Al-Khoziny datang, selain ngilu memikirkan nasib puluhan santri yang terjebak di reruntuhan, saya juga tidak bisa membayangkan betapa hancurnya perasaan Kiai Abdussalam Mujib," ungkap @zainfakhril.
Gerakan 'Kami Bersama Kiai Al Khoziny' menuai pro dan kontra dari netizen.
"Puffft, 24 jam dari mana? Itu jama'ah aja buktinya nggak ikut," sindir @ro**o*ng.
"Sederhana tapi mending beli Mercy dibanding perkuat bangunan," komentar @ba*e*.
"Saya yakin, cita-cita beliau ingin menampung sebanyak mungkin santri untuk dididik dengan uang SPP yang begitu murah," bela @an**re**itam.
"Beliau gagal membangun masjid kokoh, tapi beliau berhasil dalam mendidik santri untuk memiliki iman yang kokoh," pendapat @m**ch*.