Suara.com - Sebuah benda aneh berbentuk bola berwarna keemasan ditemukan di dasar Samudra Pasifik, dekat pesisir Alaska, pada kedalaman sekitar 3.300 meter.
Penemuan yang terjadi dalam ekspedisi NOAA Ocean Exploration pada 2023 itu kembali menjadi sorotan setelah laporan terbaru menegaskan bahwa hingga kini para ilmuwan masih belum mengetahui asal-usul dan fungsi benda tersebut.
Bola berdiameter sekitar 10 sentimeter itu ditemukan menempel erat pada batu yang dikelilingi spons laut berwarna putih. Yang membuatnya semakin misterius adalah adanya sebuah lubang besar di salah satu sisinya, seolah ada sesuatu yang keluar atau masuk dari benda tersebut.
Mengutip Science Alert (20/11/2025), para ilmuwan yang menyaksikan penemuan itu secara langsung melalui siaran livestream sempat melemparkan berbagai dugaan. Ada yang menyebut benda itu mirip kantung telur dari spesies misterius, ada pula yang berspekulasi bahwa itu mungkin sisa spons atau karang yang telah mati. Namun tidak ada yang benar-benar yakin.
“Saya tidak tahu harus menyebutnya apa,” ujar salah satu peneliti yang terlibat dalam ekspedisi. Sementara peneliti lain menambahkan, “Lubang itu terlalu jelas. Entah sesuatu mencoba masuk, atau justru mencoba keluar.”
Salah satu komentar yang cukup mencuri perhatian datang dari peneliti yang khawatir benda itu bisa menyimpan sesuatu yang hidup. “Saya hanya berharap ketika kita menyentuhnya, tidak ada sesuatu yang memutuskan untuk muncul. Rasanya seperti awal film horor,” candanya.
Misteri benda itu semakin dalam ketika para ilmuwan mempertimbangkan kemungkinan bahwa sesuatu mungkin telah menetas dari dalam bola emas tersebut.
Hipotesis yang dilaporkan oleh The Guardian (7/9/2025) menyebut bahwa jika benda itu adalah telur, ukurannya menunjukkan bahwa makhluk yang menetas darinya tidaklah kecil.
“Kami cenderung mengarah pada dugaan telur karena teksturnya. Permukaannya lembut, tidak memiliki struktur anatomi jelas, dan lubangnya menunjukkan ada interaksi dari dalam atau luar,” kata Kerry Howell, ahli ekologi laut dalam dari University of Plymouth, mengutip Science Alert (20/11/2025).
Baca Juga: Cahaya Misterius di Bulan, Ilusi atau Fenomena Alam Nyata?
“Kalau ini telur, pertanyaannya adalah: telur milik siapa? Ukurannya cukup besar. Ini jelas bukan telur ikan kecil.”
Para peneliti kemudian menggunakan lengan robotik untuk menyentuh bola emas tersebut dengan lembut. Mereka menemukan bahwa permukaannya cukup lunak sebelum akhirnya menyedotnya menggunakan alat khusus untuk dibawa ke kapal dan dianalisis lebih lanjut.
Yang tak kalah membingungkan, benda itu ditemukan sendirian. Mayoritas hewan yang bertelur biasanya menghasilkan telur dalam kelompok atau kluster. Fakta bahwa bola emas itu muncul seorang diri membuat dugaan telur menjadi semakin unik—dan menunjukkan bahwa jika benar telur, spesiesnya mungkin memiliki kebiasaan berbeda dari hewan laut dalam lainnya.
Temuan ini kembali menunjukkan bahwa laut dalam masih menyimpan banyak rahasia besar. Tekanan ekstrem, suhu beku, serta minimnya cahaya matahari membuat sebagian besar wilayah ini sulit dijangkau manusia. Meski Bumi sebagian besar tertutup samudra dalam, analisis pada 2025 menunjukkan bahwa manusia baru menjelajahi sekitar 0,001 persen dari dasar laut dalam secara visual.
Dengan bantuan kendaraan robotik seperti yang digunakan NOAA, perlahan-lahan dunia bawah laut mulai membuka sedikit misterinya, termasuk bagaimana makhluk-makhluk laut dalam berkembang biak.
“Laut dalam itu luar biasa aneh, bukan?” ujar Sam Candio, koordinator eksplorasi NOAA. “Kami berhasil membawa ‘bola emas’ ini ke kapal, tetapi sampai sekarang kami belum bisa mengidentifikasinya selain memastikan bahwa ia berasal dari organisme hidup.”
Candio menambahkan bahwa penemuan ini menjadi pengingat penting bahwa ilmu pengetahuan masih memiliki batas besar terkait pemahaman tentang planet kita sendiri.
“Rasanya merendahkan hati ketika kita dibuat bingung oleh satu temuan kecil,” ujarnya. “Namun hal itu juga menunjukkan betapa banyak hal yang belum kita ketahui dan betapa menariknya misteri lautan yang masih menunggu untuk dijelajahi," pungkasnya.
Kontributor : Gradciano Madomi Jawa