Kisah Linus Torvalds, Otak di Balik Linux yang Mengubah Dunia Teknologi

Kamis, 04 Desember 2025 | 16:47 WIB
Kisah Linus Torvalds, Otak di Balik Linux yang Mengubah Dunia Teknologi
Ilustrasi Linux. [MasterTux]

Suara.com - Linus Benedict Torvalds, tokoh yang kini dikenal sebagai salah satu figur paling berpengaruh dalam dunia perangkat lunak, memulai perjalanannya dari apartemen kecil di Helsinki, Finlandia.

Lahir pada 28 Desember 1969, Torvalds tumbuh dalam keluarga akademis dan jurnalis, tetapi justru jatuh cinta pada komputer sejak usia muda. Ketertarikannya dipicu oleh komputer Commodore VIC-20 milik kakeknya, tempat ia belajar menulis program sederhana dengan bahasa BASIC.

Minatnya pada teknologi berkembang pesat saat ia memasuki Universitas Helsinki pada 1989 untuk belajar ilmu komputer. Di kampus itulah ia mengambil kelas pemrograman C, sebuah bahasa yang nantinya menjadi fondasi bagi proyek terbesarnya.

Namun perjalanan akademisnya sempat terhenti sejenak ketika ia menjalani wajib militer di Finlandia dengan pangkat Letnan Dua, meski ia lebih memilih komputer ketimbang aktivitas fisik.

Titik balik terbesar datang pada tahun 1991. Pada masa itu Torvalds merasa tidak puas dengan sistem operasi yang ada di PC miliknya—MS-DOS dan MINIX.

Ia bermaksud membeli UNIX, tetapi biaya lisensinya terlalu mahal. Kondisi itu justru memotivasinya untuk mencoba membuat sistem operasinya sendiri, terinspirasi dari buku Design of the UNIX Operating System karya Maurice J. Bach.

Pada usia 22 tahun, ia menyelesaikan versi awal kernel buatannya dan memberinya nama Linux, gabungan dari kata “UNIX” dan nama depannya. Ia mengunggah kode sumber tersebut ke internet dan mengajak siapapun untuk memodifikasi dan meningkatkannya.

Filosofi sederhana itu—bahwa perangkat lunak harus dapat dilihat, diubah, dan dikembangkan bersama—menjadi landasan penting gerakan open source modern. Lisensi GNU General Public License (GPL) membuat Linux dapat digunakan oleh siapa saja.

Pada 1999, jutaan komputer di seluruh dunia telah menjalankan Linux, dan perusahaan besar seperti IBM, Intel, serta Dell mulai mendukungnya sebagai sistem operasi yang stabil dan jarang bermasalah.

Baca Juga: Tips Jitu Pilih Laptop untuk Kerja, Kuliah, hingga Gaming

“Tux”, maskot penguin yang menjadi ikon Linux, semakin memperkuat pengaruhnya di kalangan pengguna teknologi.

Perjalanan karier Torvalds semakin meluas saat ia pindah ke Amerika Serikat pada 1997. Ia bekerja untuk Transmeta dan ikut merancang prosesor hemat daya Crusoe. Namun kecintaannya pada Linux tetap menjadi fokus utama.

Pada 2003, ia bergabung dengan Open Source Development Labs (OSDL) — lembaga yang kemudian bergabung dengan Free Standards Group untuk membentuk Linux Foundation pada 2007.

Di organisasi inilah Torvalds menjalankan peran yang ia juluki sebagai “benevolent dictator”, yakni penentu keputusan akhir atas kode yang masuk ke kernel Linux.

Tidak hanya menciptakan Linux, Torvalds juga mengguncang dunia pengembangan perangkat lunak dengan menciptakan Git pada 2005.

Alat pengontrol versi ini dibuat setelah BitKeeper—layanan yang dipakai pengembang Linux—tidak lagi gratis. Git menawarkan sistem distribusi yang cepat, aman, dan kolaboratif, dan sekarang menjadi standar industri global untuk pengembangan perangkat lunak.

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI