Suara.com - Penampilan Timnas Indonesia dalam babak ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 masih menjadi bahan evaluasi publik, terutama setelah kekalahan menyakitkan dari Jepang dengan skor telak 0-6. Sorotan tajam kali ini datang dari salah satu anggota DPR RI, Andre Rosiade, yang secara terbuka mempertanyakan etika dan komitmen sang pelatih kepala, Patrick Kluivert.
Andre Rosiade menyampaikan bahwa apa yang terjadi setelah laga melawan Jepang bukan sekadar persoalan teknis di lapangan.
Lebih dari itu, menurutnya, tindakan Kluivert setelah kekalahan menjadi refleksi minimnya empati terhadap perjuangan suporter yang telah datang jauh-jauh ke Osaka.

Menurut Andre Rosiade, saat ribuan pendukung masih larut dalam kekecewaan di stadion maupun di jalanan Osaka, sang pelatih justru terlihat memilih berwisata ke Kyoto.
Situasi ini, kata Andre Rosiade, memperlihatkan ketimpangan psikologis antara pemain, suporter, dan pelatih.
Alih-alih fokus pada evaluasi pascakalah, pelatih asal Belanda itu disebut-sebut lebih memilih menikmati waktunya sendiri.
Padahal, menurut Andre, momen setelah kekalahan besar adalah waktu krusial untuk melakukan pembenahan, baik dari sisi taktik maupun mental tim.
"Seharusnya habis kalah dia melakukan evaluasi ini langsung abis kalah dua hari kalau ga salah," kata Andre Rosiade dalam pernyataannya belum lama ini.

Tak berhenti sampai di situ, Andre Rosiade turut membandingkan perlakuan yang diterima Kluivert dengan pelatih sebelumnya, Shin Tae-yong.
Baca Juga: Berapa Nomor Punggung Jordi Amat? Pilihan Aneh di Persija
Ia menilai Kluivert mendapatkan fasilitas jauh lebih mewah dibanding pendahulunya. Salah satunya adalah fasilitas tiket business class yang diberikan kepada tim pelatih asal Belanda ini.
Andre Rosiade menambahkan bahwa jumlah tim pelatih Kluivert mencapai 14 orang yang sebagian besar berasal dari luar negeri dan mendapat akomodasi kelas satu.
Sedangkan pada masa Shin Tae-yong, kata Andre, hanya dua kali dalam setahun tiket business class diberikan untuk perjalanan ke Korea Selatan.
Kritik juga diarahkan pada minimnya keterlibatan Kluivert secara langsung dalam membangun chemistry dengan para pemain Timnas Indonesia.
Andre Rosiade menilai kehadiran Kluivert di Indonesia sangat terbatas dan cenderung hanya muncul ketika mendekati pertandingan.
Bahkan pada FIFA Matchday bulan Juni lalu, Kluivert dan tim pelatihnya baru tiba di Indonesia beberapa pekan sebelum laga melawan China.