Indonesia Kurangi Ekspor Karet Untuk Dongkrak Harga

Esti Utami Suara.Com
Minggu, 24 April 2016 | 10:28 WIB
Indonesia Kurangi Ekspor Karet Untuk Dongkrak Harga
Ilustrasi petani karet. (shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kerjasama tiga negara produsen karet alam yaitu Indonesia, Thailand dan Malaysia untuk mengurangi volume ekspor sebesar 615 ribu ton sejak Maret hingga 31 Agustus 2016 mendatang, berhasil mendongkrak harga karet di pasar internasional.

Ketua Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) Kalsel dan Kalimantan Tengah Andreas Winata mengatakan, kini harga karet internasional dari Kalimantan Selatan mulai merangkak naik dari sebelumnya Rp12 ribu per kilogram menjadi Rp16 ribu per kilogam. Menurut Andreas, ini tak lepas dari perjanjian dengan tiga negara yang tergabung dalam "International Tripartite Rubber Council (ITRC).

"Dari 615 ribu ton tersebut, khusus Kalsel dan Kalteng pengurangannya sebesar 80 ribu ton selama enam bulan," katanya di Banjarmasin Minggu (24/4/2016).

Pengurangan tersebut, tambah dia, tampaknya membuat pasar internasional menjadi panik, karena barang di pasaran berkurang, sehingga secara perlahan mendongkrak harga karet.

Apalagi, beberapa negara produsen karet lainnya, kini sedang mengalami musim kemarau, sehingga hasil sadapnya berkurang drastis.

Kebijakan pengurangan volume ekspor tersebut, kata dia, pada dasarnya cukup merugikan bagi para pengusaha, karena berkurangnya pengiriman karet tentu berkurang juga pendapatan, sementara pengusaha banyak memiliki beban kredit.

Namun, kata dia, upaya tersebut harus tetap ditempuh karena saat ini yang terpenting adalah mendorong petani agar bersedia kembali menyadap pohon karetnya.

Pengurangan 80 ribu ton selama enam bulan, kata dia, bukanlah jumlah yang sedikit, sehingga perlu perhitungan yang tepat bagi pengusaha, untuk mengatur kuota pengiriman karet tersebut.

"Dengan terdongkraknya harga, saya harap sebagian petani yang sebelumnya mulai meninggalkan ladangnya, kembali menyadap karet," katanya.

Mengatasi berlimpahnya karet di daerah akibat pengurangan tersebut, kata dia, pengusaha kini lebih selektif untuk melakukan pembelian, jangan sampah bokar-bokar menumpuk di dalam gudang.

Sehingga, kata dia, pengusahapun akan lebih selektif untuk menerima pembelian bokar dengan kualitas bagus, dengan harapan akan mampu melatih petani untuk bisa menghasilkan bokar lebih bagus dan bersih. Selama ini, bokar dari petani banyak bercampur kerikil dan sampah lainnya, sehingga harganyapun menjadi rendah. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI