Kurikulum di Akademi Komunitas ini mengacu pada Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia(SKKNI)yang disusun bersama dengan pelaku industri TPT dengan komposisi teori 30 persen dan praktik 70 persen. Penjadwalan perkuliahannya, dalam satu semester, dua bulan pembelajaran teori dan praktik di kampus serta tiga bulan magang kerja di perusahaan. Perkuliahan juga melibatkan praktisi industri sebagai instruktur.
Mujiyono pun menyarankan, fasilitas pendidikan yang akan disediakan dapat dimanfaatkan oleh para pelaku industri TPT baik yang ada di Solo dan sekitarnya atau kota lainnya untuk kegiatan penelitian dan pengembangan produk industri TPT nasional.
Gedung akademi ini rencananya terdiri dari empat lantai. Pertama, diisi dengan lobby serta ruang workshop pemintalan (spinning) dan penenunan (weaving). Lantai kedua terdapat ruang workshop garmen, ruang direktur, ruang rapat, ruang tamu, ruang asosiasi, dan musholla. Di lantai tiga akan ada 13 ruang kelas biasa dan satu kelas besar atau studio. Sedangkan, lantai empat, dilengkapi aula dan laboratorium uji.
“Kami terus menjalin sinergi dengan Kementerian Ristek dan Dikti, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Pemda Kota Solo, Asosiasi Pertekstilan Indonesia, serta pelaku usaha industri TPT untuk bersama-sama mengembangkan dan memberdayakan Akademi Komunitas Industri TPT Solo,” paparnya.
Sedangkan, Wali Kota SoloFX Hadi Rudyatmo mengatakan, akademi komunitas ini akan menjadi kebanggaan masyarakat Solo. “Semoga tahun depan, pembangunan gedung ini sudah selesai sehingga bisa cepat merekrut mahasiswa,” ujarnya.
Dia menghitung, industri TPT di Solo dan Provinsi Jawa Tengah, diperkirakan membutuhkan tenaga kerja tingkat kepala regu atau supervisor dengan lulusan program D1 dan D2 mencapai 4.670 orang di Solo dan 8.496 orang untuk Jawa Tengah.