Lawan Covid-19 dengan Pemangkasan Jam Perdagangan Bursa, Efektifkah?

Jum'at, 27 Maret 2020 | 14:33 WIB
Lawan Covid-19 dengan Pemangkasan Jam Perdagangan Bursa, Efektifkah?
Ilustrasi perdagangan saham. [ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/wsj].

Menakar Pengaruh Kebijakan ke Pasar Saham

Ellen May Institute Research Team mengemukakan, setiap kebijakan dan keputusan tentu harus ditinjau pengaruhnya. Pada kondisi normal, IHSG beroperasi selama 26,5 jam tiap minggu. Dan akan menjadi 25 jam dengan adanya penerapan kebijakan terbaru.

"Jika dibandingkan dengan bursa di dunia lainnya, jam perdagangan IHSG tergolong singkat," kata Praktisi Saham dari May Institute, Ellen May kepada Suara.com ditulis Jumat (27/3/2020).

Berdasarkan data dari Stock Market Hours, rata-rata jam operasional bursa di dunia adalah 25 – 35 jam. Bursa Saham Amerika - New York Stock Exchange (NYSE) memiliki total 32,5 jam/minggu.

Sedangkan Bursa London – London Stock Exchange (LSE) beroperasi sekitar 40 jam/minggu. Dan di Bursa Asia, waktu perdagangan terlama adalah di Bursa Singapura (Strait Times Index) yaitu 35 jam tiap pekan.

"Nah, jika menilik kondisi pasar saat ini, sebenarnya kebijakan reduksi 1,5 jam ini dapat lebih menjaga stabilitas bursa selama jam perdagangan. Mengapa bisa? Karena waktu bagi investor, baik lokal maupun asing untuk melakukan transaksi akan lebih terbatas," kata Ellen.

Sebagai efek lanjutan, volatilitas pergerakan harga saham akan menjadi berkurang dan secara tidak langsung psikologis pelaku pasar pun lebih terjaga.

Sebaliknya, perlu diakui bahwa nilai transaksi bursa akan ikut turun dan berpengaruh secara langsung ke perusahaan sekuritas.

"Terpangkasnya potensi penerimaan fee beli dan jual berdampak pada terhambatnya tingkat akselerasi pengembangan industri sekuritas dan bursa IHSG nantinya," pungkasnya.

Baca Juga: IHSG Terbang Tinggi di Tengah Wabah Corona, Ini Kata BEI

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI