Sikap Anti Kajian Ilmiah Hambat Upaya Pengurangan Risiko Tembakau

Iwan Supriyatna Suara.Com
Jum'at, 20 Agustus 2021 | 14:42 WIB
Sikap Anti Kajian Ilmiah Hambat Upaya Pengurangan Risiko Tembakau
Tembakau merupakan bahan utama rokok. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sejumlah ahli menyatakan pengurangan risiko tembakau (tobacco harm reduction) dapat menjadi salah satu upaya untuk mendukung penanggulangan masalah rokok, baik di Indonesia maupun secara global.

Upaya ini menjadi langkah penting untuk diterapkan, akan tetapi penerapannya di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah ke bawah dinilai sulit. Hal ini disebabkan oleh sikap pemangku kepentingan yang kurang terbuka terhadap kajian ilmiah.

Mantan Direktur Riset Kebijakan dan Kerja Sama Badan Kesehatan Dunia (WHO), Profesor Tikki Pangestu, menjelaskan konsep pengurangan risiko tembakau sebenarnya dapat menjadi solusi untuk menurunkan prevalensi merokok di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah ke bawah.

“Ada potensi bagi konsep tersebut untuk menjadi solusi,” kata Tikki, ditulis Jumat (20/8/2021).

Namun, resistensi dari berbagai pemangku kepentingan terhadap hasil penelitian ilmiah ini menjadi kendala untuk dapat menerapkan pengurangan bahaya tembakau di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah ke bawah, padahal jumlah perokok di negara-negara tersebut sangat tinggi.

Oleh karena itu, Tikki menyarankan agar para pemangku kepentingan bersikap terbuka serta mengedepankan komunikasi untuk mengetahui fakta yang sesungguhnya mengenai konsep tersebut.

“Memerlukan dialog objektif yang lebih terbuka berdasarkan bukti ilmiah,” tegas Tikki.

Di kesempatan terpisah, saat kegiatan Global Forum on Nicotine (GFN) diselenggarakan secara daring beberapa waktu lalu, tantangan terhadap penerapan konsep pengurangan risiko tembakau juga menjadi sorotan.

Profesor di Departemen Kedokteran Komunitas dan Koordinator Penelitian di Tagore Medical College and Hospital Chennai, Sree Sucharita, menjelaskan resistensi terhadap konsep tersebut menjadi salah satu faktor yang menyebabkan masalah prevalensi perokok tidak kunjung terselesaikan.

Baca Juga: Rampas Rokok dari Pemobil, Aksi Pemotor Ini Justru Bikin Salut Publik

Sree Sucharita mengungkapkan jumlah perokok di India saat ini sudah mencapai 300 juta. Penghalang untuk menerapkan konsep pengurangan risiko tembakau adalah kurangnya kemauan politik. Selain itu, masih sedikitnya informasi akurat yang diperoleh praktisi kesehatan mengenai konsep ini.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI