Suara.com - Kementerian ekonomi dan iklim Jerman mengumumkan bahwa mereka akan menyiapkan regulasi untuk mempercepat perluasan energi terbarukan dalam upaya mengurangi ketergantungan besar negara itu pada pasokan bahan bakar fosil Rusia.
Jerman menganggap, langkah ini sebagai percepatan untuk mengurangi ketergantungan dari Rusia.
Tiga partai yang membentuk pemerintah Jerman--partai Sosial Demokrat, partai Hijau dan partai Liberal Bebas--menyampaikan tujuan mereka untuk memperluas upaya transisi energi terbarukan dalam kontrak koalisi yang mereka tandatangani pada November 2021.
Ketegangan politik dengan Rusia semakin menambah urgensi dalam pelaksanaan upaya tersebut.
Kementerian ekonomi Jerman akan mempresentasikan serangkaian perubahan undang-undang kepada kabinet pada Rabu pagi, kata dua sumber pemerintah.
Menteri Ekonomi Jerman Robert Habeck juga dijadwalkan segera mengadakan konferensi pers tentang langkah-langkah transisi energi terbarukan tersebut pada Rabu (6/4/2022) sore.
Regulasi itu mencakup klausul baru yang mengakui bahwa penggunaan energi terbarukan adalah untuk kepentingan keamanan publik, kata sumber-sumber pemerintah.
Menteri Keuangan Jerman Christian Lindner menyebut sumber-sumber listrik terbarukan sebagai "energi kebebasan".
Undang-Undang Sumber Energi Terbarukan (EEG) Jerman akan diubah untuk menunjukkan bahwa pemerintah menargetkan energi terbarukan dalam bauran energi pada 2030 mencapai 80 persen, naik dari target sebelumnya sebesar 65 persen, kata sejumlah sumber di pemerintah.
Baca Juga: Tidak Sepakat Rusia Dilarang Hadir ke KTT G20, Budiman Sudjatmiko Lihat Dua Sisi Baiknya
Regulasi itu juga mencakup target ambisius seperti penggunaan energi angin lepas pantai yang mencapai sedikitnya 30 gigawatt (GW) pada 2030 (setara dengan kapasitas 10 pembangkit tenaga nuklir) dan sedikitnya 70 GW pada 2045.