Pada sistem tumpang sari BULE tersebut penanaman kedelai dilakukan di lahan tebu yang ditanam dengan dua cara yaitu secara Konvensional atau Larikan dan Ring-Pit masing-masing seluas 5 ha. Diharapkan melalui sistem tumpang sari ini produktivitas tebu dapat meningkat karena terjadi peningkatan kesuburan tanah melalui penambahan biomasa kedelai.
Prof Dr. Ir. Irham M.Sc, peneliti yang mewakili perwakilan dari Universitas Gajah Mada menjelaskan beberapa keuntungan sistem BULE, di antaranya diharapkan mampu meningkatkan kesehatan lahan pertanaman karena ada penambahan masukan biomasa kedelai ke dalam lahan pertanaman tebu serta meningkatkan ketersediaan nitrogen (N) bagi tanaman tebu – memanfaatkan kemampuan fiksasi Nitrogen secara biologis tanaman kedelai.
Dalam jangka panjang sistem BULE juga akan memperbaiki kesuburan tanah, sehingga meningkatkan rerata produktivitas tebu nasional dan turut berkontribusi pada peningkatan produksi gula nasional. Masuknya kedelai di lahan tebu pun mampu meningkatkan luas areal penanaman kedelai nasional. Inilah yang menjadi tujuan dari pengembangan sistem BULE, meningkatkan produksi kedelai nasional yang berasal dari produksi kedelai di areal pertanaman tebu Pulau Jawa.
Beberapa kajian yang telah dilakukan menunjukkan peningkatan nisbah kesetaraan lahan dari 1,0 menjadi 1,2 – 1,3 ; dapat menjamin kecukupan pasokan raw material (tebu giling) pabrik gula-pabrik gula.
“Harapannya tentu meningkatkan minat petani untuk menanam tebu, karena nilai keuntungan per unit lebih baik,” tutup Irham.