Ketika inisiatif keberlanjutan belum cukup matang, beberapa industri memimpin dengan menggunakan strategi mereka, terutama untuk inisiatif mereka. Media-Telekomunikasi serta Energi-Utilitas misalnya, adalah salah satu industri yang paling matang mengingat insentif untuk mengadopsi praktik berkelanjutan berkenaan dengan biaya dan untuk kelangsungan hidup di masa depan.
Industri yang telah memulai langkah-langkah kecil yang ramah lingkungan juga telah menemukan beberapa keberhasilan awal dan termasuk industri ritel, di mana telah ada fokus pada pengurangan penggunaan plastik dalam kemasan dan pengadaan secara lokal untuk mengurangi jejak karbon.
“Dalam ekonomi yang berkembang saat ini, relevansi dan keberhasilan organisasi akan diukur baik dari segi keuangan dan aspek iklim. Hal ini telah mendorong organisasi untuk menunjuk Chief Sustainability Officers dan menyoroti semakin pentingnya keterampilan tenaga kerja dalam keberlanjutan di masa depan. Studi ini menyoroti bagaimana kekurangan data secara konsisten bisa menghambat perencanaan keberlanjutan sebuah organisasi,” kata Ullrich Loeffler, CEO Ecosystm, dalam keterangan tertulis.
“Meskipun keberlanjutan merupakan bagian integral dari banyak bisnis di ASEAN, masih banyak yang perlu dilakukan untuk membangun kompetensi keberlanjutan dan sepenuhnya memahami apa yang dapat diakses oleh organisasi data dan mengidentifikasi kesenjangan data untuk mendukung tujuan keberlanjutan perusahaan,” katanya lagi.
“Karena ASEAN diprediksi menjadi ekonomi terbesar keempat di dunia pada tahun 2030, sekarang ada tanggung jawab besar bagi bisnis di kawasan ini untuk menyeimbangkan keharusan jangka panjang dari masa depan yang bebas emisi karbon (net-zero future) dengan kebutuhan jangka pendek untuk menjaga bottom line-nya,” kata Sean Lee, Managing Director, Kyndryl Indonesia.
“Saya sangat percaya bahwa keberhasilan keberlanjutan terletak pada seberapa baik suatu organisasi dapat mengintegrasikan orang, proses, dan teknologinya untuk mencapai tujuan bersama. Untuk mencapai tujuan ini, kita perlu menempatkan orang-orang sebagai pusatnya dan menanamkan prinsip-prinsip keberlanjutan di semua tingkat budaya organisasi,” lanjut Sean Lee.
Di Kyndryl, strategi LST adalah inti dari misi organisasi untuk menjadi perusahaan yang digerakkan oleh tujuan (purpose-driven). Fokus strategis Kyndryl adalah untuk terus mengembangkan bisnis Cloud-nya agar bisa memungkinkan peningkatan efisiensi energi sekitar 22-39%. Perusahaan juga akan melanjutkan ekspansi energi terbarukan di seluruh portofolionya, menumbuhkannya hingga 75% dalam beberapa tahun ke depan untuk semua pusat datanya.