Berbeda dengan sikap optimis pengamat lain, Kepala Penelitian Aset Digital Vaneck, Matthew Sigel justru menyoroti perang Rusia dan Ukraina yang menurutnya akan berdampak pada pasar kripto.
“Berakhirnya perang di Ukraina mungkin membalikkan beberapa kebijakan yang ditujukan untuk membatasi inflasi dan membuat penambangan Bitcoin lebih cocok secara politis,” ujar Sigel.
“Dengan inflasi yang terus-menerus dan populasi muda, Amerika Latin melihat adopsi crypto dan stablecoin tercepat di dunia. Tokenisasi utang negara mungkin dimulai di Brasil terlebih dahulu,” imbuhnya.
Penelitian aset digital VanEck menunjukkan, saat bitcoin mungkin masih menguji potensi rendah US$10.000-US$12.000, aset kripto terbesaar itu besar kemungkinan pulih menjadi US$30.000 pada paruh kedua tahun 2023.
Standard Chatered
Kepala Penelitian Global Standard Chartered, Eric Robertson memperkirakan skenario terburuk yang membawa harga Bitcoin akan jatuh ke US$5.000 pada 2023 akibat efek domino crypto winter tahun ini.
Loop Markets
Co-Founder dan CEO Loop Markets, Tom Norwood memperkirakan pasar crypto bisa bangkit dalam tempo enam bulan sejak awal tahun 2023.
“Permintaan bitcoin harus terus tumbuh terlepas dari kondisi pasar karena masih lebih baik daripada sebagian besar mata uang karena setidaknya memiliki peluang bagus untuk naik pada akhirnya, sedangkan sebagian besar mata uang hanya akan terdepresiasi dari waktu ke waktu,”ujar Norwood.
Baca Juga: Elon Musk Mendadak Jual Triliunan Saham Tesla, Mau Borong Bitcoin dan DOGE?
“Saya pikir itu harus datang dari adopsi dunia nyata oleh pengguna ritel yang tidak membeli crypto untuk berjudi dengan token baru, melainkan yang perlu keluar dari mata uang Fiat lokal mereka,” sambungnya.