IHSG Berakhir Naik Lagi, Meski Perang Dagang Terus Memanas

Achmad Fauzi Suara.Com
Senin, 21 April 2025 | 16:26 WIB
IHSG Berakhir Naik Lagi, Meski Perang Dagang Terus Memanas
Pekerja melintas di depan layar yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (16/4/2024). [Suara.com/Alfian Winanto]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Di sisi lain pasar merespon pernyataan Donald Trump  di media social terkait pemecatan Ketua The Fed Jerome Powell tidak bisa cepat, dan menyerukan the Fed AS untuk memangkas suku bunga. Pasar menilai ini akan mengancam independensi The Fed dan terlihat Trump tampaknya frustasi karena The Fed belum memangkas suku bunga acuannyaa.

Sementara itu Bank sentral China (PBoC) diperkirakan mempertahankan suku bunga acuannya tidak berubah selama enam bulan berturut-turut pada bulan April 2025. Suku bunga acuan pinjaman satu tahun dipertahankan pada 3,1 persen, sedangkan LPR lima tahun tetap pada 3,6 persen. 

Keputusan ini sebagai upaya stabilisasi yuan di tengah ketidakpastian ekonomi yang sedang berlangsung seiring dengan meningkatnya ketegangan perdagangan dengan AS. Dari dalam negeri, indeks IHSG mengawali pekan ini melemah.

Pertemuan delegasi Indonesia dengan United States Trade Representative (USTR) dan Departemen Perdagangan AS di Washington, DC. Pemerintah Indonesia dan Amerika Serikat (AS) sepakat menyelesaikan perundingan tarif perdagangan bilateral dalam jangka waktu 60 hari ke depan. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengkhawatirkan terdapat potensi pemberlakuan tarif impor AS terhadap produk Indonesia hingga 47 persen.

Pasar menilai Ini belum menunjukan hasil negosiasi yang kongkret kedua pihak. Sehingga ini akan berdampak daya saing ekspor Indonesia sehingga kedepannya ini akan memberikan dampak pada surplus neraca perdagangan Indonesia.

Sementara itu, saat ini neraca perdagangan Indonesia masih mencatatkan surplus, di mana Badan Pusat Statistik (BPS) Neraca perdagangan masih mencatat surplus pada Maret 2025 sebesar USD4,33 miliar. Surplus terus berlangsung berturut-turut hingga memecahkan rekor baru.

Namun demikian pasar khawatir tarif resiprokal dilakukan AS, dapat berdampak pada penurunan neraca perdagangan kedepannya jika proses negosiasi tarif resiprokal diberlakukan dan pontensi dikenakan tarif lebih tinggi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI