Pemerintah Prabowo Beri Subsidi Upah ke Buruh dan Guru, Tapi Lebih Kecil dari di era Jokowi

Liberty Jemadu Suara.Com
Sabtu, 24 Mei 2025 | 23:41 WIB
Pemerintah Prabowo Beri Subsidi Upah ke Buruh dan Guru, Tapi Lebih Kecil dari di era Jokowi
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengakui subsidi upah buruh dan guru dari Presiden Prabowo lebih kecil dari yang diberikan Presiden Jokowi pada 2022 lalu. [Suara.com/Novian]

Suara.com - Pemerintah bakal menyalurkan Bantuan Subsidi Upah (BSU) untuk para pekerja dengan gaji di bawah Rp3,5 juta atau UMP, serta guru honorer mulai 5 Juni 2025.

Sayangnya subsidi upah itu akan lebih kecil nilainya dibandingkan dengan subsidi serupa pada 2022 lalu, ketika negeri ini masih dipimpin oleh Presiden Joko Widodo.

Adapun program ini menjadi salah satu dari enam kebijakan stimulus ekonomi yang sedang difinalisasi pemerintah untuk menjaga daya beli masyarakat di tengah perlambatan konsumsi pasca-libur Lebaran dan sebelum tahun ajaran baru.

PosIND salurkan bantuan sosial Program Sembako dan Program Keluarga Harapan (PKH) untuk Triwulan I tahun 2025.
Pemerintah mulai 5 Juni 2025 akan menerapkan kebijakan stimulus ekonomi seperti pemberian subsidi upah untuk buruh dan guru, diskon tarif listrik, diskon tarif tol, diskon tiket pesawat, hingga memberikan bantuan sosial kepada masyarakat.  Foto: PosIND salurkan bantuan sosial Program Sembako dan Program Keluarga Harapan (PKH) untuk Triwulan I tahun 2025. [Dok Pos Indonesia]

“BSU, kemudian ada bantuan-bantuan untuk menunjang daya beli, itu sedang dipersiapkan. Nanti akan diberlakukan per 5 Juni,” kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam keterangan di Jakarta, Sabtu (24/5).

Airlangga menjelaskan, berbeda dari skema BSU yang digulirkan pada 2022 pada masa Presiden Jokowi dengan nilai Rp 600.000 per pekerja, bantuan tahun ini akan lebih kecil.

"Tidak segitu (nilainya), lebih kecil," ujarnya.

Penting dicatat, bahwa Presiden Jokowi memberikan insentif pada 2022 lalu sebagai stimulus ekonomi di tengah krisis yang dipicu oleh wabah Covid-19.

Ia menambahkan, pemerintah masih menyempurnakan regulasi teknis dan anggaran program ini yang melibatkan koordinasi lintas kementerian.

“Sekarang masing-masing kementerian mempersiapkan regulasinya,” tuturnya.

Baca Juga: Mulai Juni Pemerintah Beri Diskon Tarif Listrik, Tarif Tol, Tiket Pesawat hingga Bansos

Penyaluran BSU merupakan bagian dari strategi pemerintah dalam menghadapi tekanan konsumsi domestik di kuartal II-2025.

Selain BSU, lima stimulus lainnya yang akan diluncurkan serentak pada 5 Juni antara lain pertama, diskon transportasi yang meliputi tiket kereta api, pesawat, dan angkutan laut selama masa liburan sekolah.

Kedua, diskon tarif tol untuk sekitar 110 juta pengguna kendaraan pribadi selama Juni-Juli 2025.

Ketiga, diskon listrik sebesar 50 persen bagi 79,3 juta rumah tangga dengan daya di bawah 1.300 VA selama dua bulan.

Keempat, penambahan bantuan sosial, termasuk kartu sembako dan bantuan pangan untuk 18,3 juta Keluarga Penerima Manfaat (KPM).

Serta kelima, perpanjangan diskon iuran Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) bagi pekerja di sektor padat karya.

Warga melakukan pengisian token listrik di kawasan Benhil, Jakarta Pusat, Rabu (3/10/2023). [Suara.com/Alfian Winanto]
Pemerintah mulai 5 Juni 2025 akan menerapkan kebijakan stimulus ekonomi seperti pemberian subsidi upah untuk buruh dan guru, diskon tarif listrik, diskon tarif tol, diskon tiket pesawat, hingga memberikan bantuan sosial kepada masyarakat.  Foto: Warga melakukan pengisian token listrik di kawasan Benhil, Jakarta Pusat, Rabu (3/10/2023). [Suara.com/Alfian Winanto]

Menurut Airlangga, rangkaian stimulus ini dirancang untuk mendorong konsumsi rumah tangga dan menjaga pertumbuhan ekonomi nasional tetap berada di kisaran 5 persen pada kuartal II-2025.

“Stimulus ini diharapkan bisa mendorong pertumbuhan ekonomi di kuartal kedua. Jadi momentum ini kita manfaatkan untuk membuat beberapa program,” katanya.

Airlangga juga mengajak pemerintah daerah untuk aktif menciptakan kegiatan pariwisata dan hiburan lokal guna meningkatkan mobilitas masyarakat selama masa libur sekolah.

Momentum ini dinilai penting karena tidak adanya hari besar nasional lain seperti Natal atau Tahun Baru yang biasanya menjadi pemicu konsumsi masyarakat.

Dengan mempertimbangkan berkurangnya momentum konsumsi besar, BSU beserta paket stimulus lainnya diharapkan dapat menjadi bantalan bagi ekonomi nasional.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI