PGN Gagas Putar Otak Dorong Penggunaan Bahan Bakar Gas

Rabu, 11 Juni 2025 | 16:42 WIB
PGN Gagas Putar Otak Dorong Penggunaan Bahan Bakar Gas
Bajaj berbahan bakar gas. [Dok PGN]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) melalui anak usahanya, PT Gagas Energi Indonesia (PGN Gagas) mencoba putar otak untuk mendorong pemakaian Bahan Bakar Gas (BBG) pada kendaraan transportasi umum seperti bajaj, mitra aplikator layanan transportasi, hingga kendaraan pribadi.

Langkah ini diharapkan dapat memberikan solusi hemat biaya dan ramah lingkungan bagi masyarakat.

Direktur Utama PGN Gagas, Santiaji Gunawan, menjelaskan bahwa pembangunan ekosistem BBG membutuhkan perhatian pada tiga pilar utama: infrastruktur, pasokan, dan permintaan. "Bagian kami adalah menyiapkan infrastrukturnya sebagai bagian dari pelayanan publik," ujar Santiaji di Jakarta, Rabu (11/6/2025).

PGN Gagas saat ini mengelola 11 Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG) yang tersebar di Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Timur, Lampung, hingga Kepulauan Riau.

Selain itu, mereka juga memiliki 4 Mobile Refueling Unit (MRU) yang dapat bergerak sesuai kebutuhan. Untuk mengatasi kelangkaan SPBG, PGN Gagas berencana untuk mengelola SPBG milik Pertamina.

Tidak hanya fokus pada penyediaan BBG, PGN Gagas juga merancang pendirian bengkel kendaraan BBG di beberapa SPBG.

"Saat ini hanya ada 2 bengkel kendaraan BBG, jadi ini juga menjadi kendala bagi para pemakai BBG," terang Santiaji.

Penambahan bengkel ini diharapkan dapat memudahkan perawatan kendaraan BBG dan meningkatkan kepercayaan pengguna.

Skema Pembiayaan Konverter BBG yang Menggiurkan

Baca Juga: Strategi Marketing 5.0 PGN Dorong Lonjakan Pendaftaran Pelanggan Gas Bumi

Terobosan penting lainnya adalah penyusunan proposal skema pembiayaan konverter BBG dengan skema bundling.

PGN Gagas telah mengusulkan skema cicilan konverter ini kepada Kementerian ESDM melalui Direktur Perencanaan dan Pembangunan Infrastruktur dan mendapatkan tanggapan positif.

"Jadi kalau setiap hari nyicil Rp 2.000 paling 1 tahun 4 bulan selesai dan konverter jadi milik mereka," papar Santiaji.

Skema ini akan sangat meringankan beban awal bagi masyarakat yang ingin beralih ke BBG.

PGN Gagas sebelumnya juga memiliki program peminjaman converter kit BBG. Ke depannya, konsep ini akan disesuaikan dengan temuan di lapangan agar lebih meringankan, seperti kerja sama dengan perusahaan pembiayaan atau skema terbaik dari Gagas, seperti yang diungkapkan oleh Ketua Komunitas Mobil Gas (Komogas), Andy Lala.

Hemat Jutaan Rupiah dengan BBG

Andy Lala, yang komunitasnya beranggotakan 450 mitra aplikator layanan kendaraan umum, menyoroti manfaat besar penggunaan BBG.

"Jumlah kami baru 450 karena banyak yang belum tahu manfaatnya," kata Andy.

Padahal, penggunaan BBG dapat menekan biaya bahan bakar hingga 55% dibandingkan dengan Bahan Bakar Minyak (BBM).

"Tadinya beban bahan bakar Rp 300-400 ribu per hari sekarang pakai BBG Rp 170 ribu per hari. Jadi kalau sebulan jalan 400 km dengan tarif Rp 5.000 per kilo maka pendapatan mitra Rp 20 juta dengan penghematan Rp 6,6 juta per bulan," ungkap Andy.

Penghematan ini sangat signifikan, bahkan salah satu mitra aplikator menyebutkan dapat menambah keuntungan pengemudi taksi online hingga Rp 3 juta bahkan Rp 6 juta-an per bulan.

"Lumayan untuk nambah bayar cicilan mobil dan nambah dapur ngebul," ucapnya.

Bahan Bakar Gas (BBG) menjadi solusi energi alternatif yang semakin populer di tengah isu lingkungan dan kebutuhan energi yang meningkat.

BBG, seperti CNG (Compressed Natural Gas) dan LPG (Liquefied Petroleum Gas), menawarkan pembakaran yang lebih bersih dibandingkan bahan bakar fosil cair seperti bensin dan solar.

Penggunaan BBG berkontribusi pada penurunan emisi gas rumah kaca dan polusi udara perkotaan. Selain itu, BBG seringkali lebih ekonomis, mengurangi biaya operasional kendaraan dan industri.

Pemerintah dan berbagai pihak terus mendorong penggunaan BBG melalui insentif dan pengembangan infrastruktur pengisian bahan bakar.

Dengan adopsi yang lebih luas, BBG berpotensi menjadi pilar penting dalam transisi menuju energi yang lebih berkelanjutan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI