Suara.com - Di tengah hiruk-pikuk Jakarta, kisah sukses The Bloomhouse mengalir dari sebuah rumah di kawasan Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Berawal dari usaha rumahan yang dikelola secara mandiri, kini The Bloomhouse menjelma menjadi salah satu brand fashion lokal yang mampu menjual ribuan produk setiap bulan melalui platform digital seperti Shopee. Di balik kesuksesan itu, berdirilah sosok Daniel Budiman yang memulai semuanya dari nol, bahkan tanpa tim khusus atau modal besar.
“Pas awal buka toko di Shopee, itu kami yang jaga, jadi admin, packing, pokoknya semuanya serba,” ujar Daniel saat berbincang dengan awak media beberapa waktu lalu
Di fase awal, hampir seluruh operasional ditangani mulai dari membalas chat pelanggan, menyiapkan pesanan, hingga mengantar barang ke logistik. Meski serba terbatas, semangatnya untuk terus mencoba dan beradaptasi dengan ekosistem digital membuat usaha ini perlahan tumbuh.

Berjualan online sebenarnya bukan hal asing bagi Daniel. Ia mengaku sudah sempat menjual produk secara daring sejak era Kaskus. Namun, masuknya ke Shopee menjadi titik balik penting, terutama saat mereka mulai serius mengembangkan brand dan produksi sendiri. Kini, lebih dari 98% produk yang dijual The Bloomhouse merupakan hasil produksi internal, bukan lagi ambil barang dari pihak lain.
“Jadi hampir semuanya kita produksi sendiri sekarang,” jelasnya.
Jurnalis suara.com pun berkesempatan untuk melihat langsung bagaimana tempat di balik kesuksesan brand lokal satu itu. Di sana terlihat bagaimana proses produksi dijalankan dengan rapi dan efisien. Bahan-bahan kain disortir, disimpan, dan dipotong sesuai pola. Ada sekitar 20 penjahit yang bekerja di konveksi mereka, sebagian besar mengerjakan satu baju secara utuh, bukan per bagian. Hal ini menciptakan konsistensi dalam kualitas, sekaligus mempercepat produksi karena setiap penjahit sudah terbiasa dengan model dan potongan yang dibuat berulang.
Dalam sehari, satu penjahit bisa menyelesaikan 100 hingga 200 potong, tergantung modelnya. Sebuah efisiensi luar biasa bagi UMKM yang dulunya memproduksi secara manual dan terbatas.

The Bloomhouse tidak hanya fokus pada produksi, tetapi juga pada branding dan positioning. Nama “The Bloomhouse” sendiri berasal dari filosofi bahwa perempuan yang mengenakan produknya akan merasa percaya diri, berkembang, dan "blooming" dalam kehidupan mereka. Dari awal, Daniel dan timnya sudah menggandeng konsultan branding untuk memperkuat identitas visual dan pesan yang dibawa brand mereka.
“Kami ingin wanita yang pakai The Bloomhouse itu merasa berkembang, merasa percaya diri dengan dirinya sendiri,” ujarnya.
Baca Juga: Review dan Harga Skincare Milik Nikita Mirzani, Harga Bervariasi Mulai Rp100 Ribuan
Dari sisi penjualan, pertumbuhan mereka sangat signifikan. Di awal, penjualan per bulan masih di bawah 100 potong. Namun kini, beberapa produk best-seller bahkan menembus angka penjualan 100 ribu unit, sebuah pencapaian besar bagi sebuah UMKM lokal yang lahir dari semangat dan kerja keras.
Daniel juga membagikan beberapa tips untuk UMKM lain yang ingin naik kelas. Menurutnya, ada empat hal utama yang harus diperhatikan. Pertama, kualitas produk adalah segalanya. Kalau produk bagus, tak perlu promo besar-besaran pun orang akan membeli lagi. Kedua adalah manajemen. Menurutnya, banyak UMKM gagal bukan karena produknya, tapi karena manajemennya tidak siap. Ketiga adalah promosi, strategi pemasaran digital harus dipelajari dan terus dikembangkan. Terakhir, konsistensi dan semangat belajar. Kata dia, naik turunnya penjualan itu biasa, yang penting jangan menyerah.
Kesuksesan The Bloomhouse membuktikan bahwa UMKM Indonesia mampu bersaing di tengah gempuran merek luar negeri, asalkan mau berinovasi dan memanfaatkan teknologi. Dengan platform seperti Shopee, pintu menuju konsumen nasional bahkan global semakin terbuka lebar.
Kini, dari ruang kecil di Kebon Jeruk, Jakarta Barat, The Bloomhouse telah tumbuh menjadi rumah besar bagi banyak perempuan yang ingin tampil percaya diri dan bagi para pelaku UMKM, kisahnya menjadi inspirasi bahwa dengan ketekunan dan digitalisasi, mimpi besar bukan hal yang mustahil. ***