Suara.com - Di tengah ketidakpastian ekonomi global yang masih membayangi, Indonesia kembali menorehkan prestasi gemilang dalam neraca perdagangannya.
Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini Selasa (1/7/2025) mengumumkan bahwa neraca perdagangan Indonesia telah mencetak surplus selama 61 bulan berturut-turut, sebuah pencapaian yang luar biasa sejak Mei 2020.
Data terbaru hingga Mei 2025 menunjukkan performa ekspor yang impresif, jauh melampaui impor, mengukuhkan posisi Indonesia sebagai negara yang resilient di kancah perdagangan internasional.
Total nilai ekspor Indonesia sepanjang periode Januari hingga Mei 2025 sukses menembus angka US$111,98 miliar. Angka ini melonjak signifikan sebesar 6,98 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2024, sebuah sinyal kuat akan daya saing produk-produk nasional di pasar global.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, dalam konferensi persnya menjelaskan bahwa kontribusi utama kenaikan nilai ekspor datang dari industri pengolahan sebesar 12 persen.
"Nilai ekspor total, migas dan nonmigas tercatat US$111,98 miliar," ujar Pudji Ismartini.
Dia menjelaskan bahwa sektor nonmigas menjadi tulang punggung utama peningkatan ini.
Ekspor nonmigas mencatat nilai US$106,06 miliar, naik impresif 8,22 persen. Ini membuktikan bahwa produk-produk manufaktur dan komoditas non-minyak dan gas Indonesia semakin diminati dan mampu bersaing di panggung dunia.
Secara spesifik, kinerja ekspor pada bulan Mei 2025 saja menunjukkan angka yang sangat memuaskan. Total nilai ekspor tercatat sebesar US$24,61 miliar, meningkat 9,68 persen dibandingkan Mei 2024 yang hanya US22,44 miliar. Bahkan, ekspor nonmigas pada bulan Mei tumbuh lebih tinggi lagi, mencapai US$23,50 miliar atau melonjak 11,80 persen dibanding Mei tahun lalu.
Baca Juga: 5 Bulan Pertama 2025, Ekspor Indonesia Melonjak 6,98 Persen
Angka-angka ini tidak hanya mengindikasikan momentum pertumbuhan ekspor yang berkelanjutan, tetapi juga keberhasilan diversifikasi pasar dan produk Indonesia.
Meskipun sektor pertambangan dan lainnya mengalami penurunan sebesar 27,07 persen dengan nilai US14,66 miliar, sektor pertanian, kehutanan dan perikanan menunjukkan pertumbuhan yang sangat membanggakan. Nilai ekspor dari sektor ini tercatat sebesar US$2,8 miliar, tumbuh fantastis hingga 49,82 persen. Ini menyoroti potensi besar sektor primer Indonesia yang terus berkembang dan memberikan kontribusi signifikan terhadap pendapatan negara.
"Total nilai ekspor mengalami kenaikan secara tahunan, utamanya didorong oleh peningkatan ekspor nonmigas," jelas Pudji Ismartini, menegaskan kembali peran krusial sektor nonmigas dalam menjaga stabilitas neraca perdagangan.
Di sisi lain, impor Indonesia juga menunjukkan tren peningkatan yang terkendali, merefleksikan aktivitas ekonomi domestik yang sehat dan kebutuhan akan bahan baku serta barang modal untuk mendukung produksi. Nilai impor sepanjang Januari-Mei 2025 mencapai US$96,60 miliar, naik 5,45 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Impor nonmigas juga tumbuh 7,92 persen menjadi US$82,96 miliar, menunjukkan dinamika positif dalam pasokan domestik.
Untuk bulan Mei 2025 sendiri, nilai impor tercatat sebesar US$20,31 miliar, naik 4,14 persen dari Mei 2024, dengan impor nonmigas naik 5,44 persen menjadi US$17,67 miliar. Peningkatan impor ini didorong oleh naiknya impor barang modal yang mencapai US$18,82 miliar, atau naik 17,67 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Pudji Ismartini menyebut bahwa impor barang modal memberikan andil peningkatan sebesar 3,08 persen, menandakan investasi dan ekspansi industri di dalam negeri yang terus berjalan.
Jika dilihat menurut negara dan kawasan asal impor, peningkatan nilai impor terjadi dengan China, Jepang, dan Singapura, yang menunjukkan hubungan dagang yang kuat dengan mitra-mitra utama ini. Sementara itu, impor dari negara-negara ASEAN (selain Singapura) dan Uni Eropa mengalami penurunan, sebuah dinamika yang perlu dicermati lebih lanjut.
Dalam konteks impor bulanan, nilai impor migas pada Mei 2025 tercatat sebesar US$2,64 miliar, turun 3,80 persen secara tahunan. Namun, impor nonmigas senilai US$17,67 miliar mengalami peningkatan secara tahunan sebesar 5,44 persen, kembali menegaskan kebutuhan akan bahan baku dan barang setengah jadi untuk mendukung sektor industri.
Dengan capaian ekspor yang jauh melampaui impor, Indonesia berhasil mencatatkan surplus neraca perdagangan yang solid di awal tahun 2025, yakni sebesar US$4,3 miliar. Raihan surplus ini telah membuat Indonesia mencetak untung sebanyak 61 kali sejak Mei 2020, sebuah rekor yang menunjukkan ketahanan ekonomi nasional dalam menghadapi berbagai tantangan global.