Sikap Sri Mulyani Tanggapi Tarif Trump Tambahan 10 Persen Negara-negara BRICS

Achmad Fauzi Suara.Com
Selasa, 08 Juli 2025 | 08:41 WIB
Sikap Sri Mulyani Tanggapi Tarif Trump Tambahan 10 Persen Negara-negara BRICS
Suasana Rapat Paripurna DPR RI ke-21 di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (1/7/2025), sempat diwarnai kelakar jenaka dari Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.

Suara.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut pemerintah masih memantau perkembangan ekonomi global. Apalagi Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang akan memberlakukan tarif tambahan sebesar 10 persen untuk negara anggota BRICS.

Menurut dia, dengan kebijakan itu justru manambah ketidakpastian ekonomi global, karena kebijakan selalu dinamis.

"Ini menggambarkan bahwa dalam suasana seperti ini, kita akan terus dihadapkan pada suasana yang sangat dinamis," ujar Sri Mulyani setelah Rapat kerja dengan Komisi XI DPR di Gedung DPR pada yang dikutip, (8/7/2025).

Namun demikian, Sri Mulyani bilang, Indonesia saat ini dalam posisi menunggu kelanjutan dari kebijakan tersebut. Apalagi proses negosiasi dengan pemerintahan AS masih terus berlanjut hingga saat ini.

(kiri ke kanan) Menlu Rusia Sergey Lavrov, Presiden UEA Sheikh Mohamed bid Zayed al-Nahyan, Presiden RI Prabowo Subianto, Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa, Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva, PM India Narendra Modi, PM China Li Qiang, PM Etiopia Abiy Ahmed, PM Mesir Mostafa Madbouly dan Menlu Iran Abbas Araghchi berfoto bersama dalam KTT BRICS di Rio de Janeiro, Brasil, Minggu (6/7/2025). [ANTARA FOTO/HO/Biro Pers-Muchlis jr/wpa/foc]
(kiri ke kanan) Menlu Rusia Sergey Lavrov, Presiden UEA Sheikh Mohamed bid Zayed al-Nahyan, Presiden RI Prabowo Subianto, Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa, Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva, PM India Narendra Modi, PM China Li Qiang, PM Etiopia Abiy Ahmed, PM Mesir Mostafa Madbouly dan Menlu Iran Abbas Araghchi berfoto bersama dalam KTT BRICS di Rio de Janeiro, Brasil, Minggu (6/7/2025). [ANTARA FOTO/HO/Biro Pers-Muchlis jr/wpa/foc]

Untuk diketahui, dalam proses negosiasi itu, Indonesia merelakan dana USD 34 miliar atau sekitar Rp 550 triliun (kurs Rp 16.200 per dolar AS) untuk mengimpor bahan dari AS.

"Kami akan terus mengikuti karena Indonesia kan masih di dalam proses pembicaraan dengan pemerintah Amerika," kata Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini.

Sebagai informasi, BRICS saat ini merepresentasikan 50 persen populasi dunia dan mencakup 35 persen Produk Domestik Bruto (PDB) global. Negara-negara anggotanya meliputi Brasil, Rusia, India, Tiongkok, Afrika Selatan, Arab Saudi, Mesir, Uni Emirat Arab, Etiopia, Iran, dan Indonesia.

Presiden AS Donald Trump sebelumnya mengumumkan bahwa Amerika Serikat akan memberlakukan tarif tambahan sebesar 10 persen terhadap negara-negara yang dianggap berpihak pada kebijakan anti-Amerika dari kelompok BRICS.

"Setiap negara yang berpihak pada kebijakan anti-Amerika BRICS, akan dikenakan tarif tambahan sebesar 10 persen," ujar Trump.

Baca Juga: Sri Mulyani: Situasi Global Tidak Makin Membaik!

Ia menambahkan bahwa pada hari Senin, pemerintah AS akan mulai mengirimkan surat kepada mitra dagangnya yang merinci tarif khusus untuk masing-masing negara serta perjanjian dagang yang akan diterapkan.

Sementara itu, Presiden Prabowo Subianto memandang keanggotaan Indonesia dalam BRICS sebagai langkah strategis untuk memperkuat posisi Indonesia di tingkat global.

"Presiden Prabowo optimistis dengan keikutsertaan Indonesia dalam BRICS akan memperkuat posisi Indonesia di kancah global, serta menekankan pentingnya kerja sama antarnegara melalui forum seperti BRICS untuk mendukung stabilitas dan kemakmuran dunia,” ujar Juru Bicara Presiden, Teddy.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI