Suara.com - Bank Indonesia (BI) memastikan untuk menjaga nilai tukar rupiah terus menguat. Lantaran, pada perdagangan hari ini saja rupiah belum perkasa melawan dolar Amerika Serikat.
Untuk itu, BI pun terus melakukan intervensi untuk menyelamatkan rupiah. Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan terus memperkuat strategi stabilisasi nilai tukar Rupiah melalui intervensi.
"BI terus memperkuat strategi stabilitas nilai tukar rupiah melalui intervensi transaksi Non- Deliverable Forward (NDF) di pasar luar negeri, serta transaksi spot, Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF) di pasar domestik, dan pembelian SBN di pasar sekunder untuk menjaga stabilitas pasar keuangan," katanya dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Rabu (30/7/2025).
BI juga terus memperkuat strategi operasi moneter pro-market guna mendukung transmisi penurunan suku bunga dan menjaga daya tarik portofolio asing. Langkah ini meliputi pengelolaan struktur suku bunga instrumen moneter dan swap valas.
Lalu, optimalisasi instrumen moneter pro-market (SRBI, SVBI, SUVBI), serta lelang SRBI dan pembelian SBN di pasar sekunder untuk menjaga likuiditas.
Serta, penguatan strategi transaksi term-repo dan swap valas, serta (iv) penguatan peran dealer utama dalam mendorong transaksi SRBI dan transaksi repurchase agreement(repo) antarpelaku pasar.
Total posisi instrumen SRBI hingga 23 Juli 2025 tercatat sebesar Rp754,10 triliun, menurun dari Rp923,53 triliun pada awal Januari 2025. Sehingga, mendukung ekspansi likuiditas kebijakan moneter.
Selama 2025 (hingga 25 Juli 2025), BI telah membeli SBN sebesar Rp147,59 triliun melalui pasar sekunder sebesar Rp104,71 triliun dan pasar primer dalam bentuk Surat Perbendaharaan Negara (SPN) termasuk syariah, sebesar Rp42,88 triliun.
"Pembelian SBN oleh BI ini mencerminkan eratnya sinergi kebijakan moneter dengan kebijakan fiskal Pemerintah," tandasnya.
Baca Juga: S&P Global Labeli Utang RI Stabil, Gubernur BI Sebut Bukti Ekonomi Masih Kuat