Transformasi Hijau TBS: Divestasi PLTU Tekan Emisi 86 Persen, Tambah Dana Segar 123 Juta USD

Iwan Supriyatna Suara.Com
Rabu, 30 Juli 2025 | 18:58 WIB
Transformasi Hijau TBS: Divestasi PLTU Tekan Emisi 86 Persen, Tambah Dana Segar 123 Juta USD
PT TBS Energi Utama Tbk (TBS) mengumumkan kinerja keuangan untuk periode enam bulan yang berakhir pada 30 Juni 2025.

Suara.com - PT TBS Energi Utama Tbk (TBS) mengumumkan kinerja keuangan untuk periode enam bulan yang berakhir pada 30 Juni 2025. Tahun ini menjadi momen penting bagi TBS dalam mempercepat transformasi portofolio bisnisnya ke arah yang lebih berkelanjutan dan berdampak jangka panjang.

Di tengah kondisi pasar batubara yang terus melemah dan langkah strategis divestasi dari aset-aset konvensional, TBS tetap mencatat kemajuan nyata dalam agenda transisinya.

Perseroan telah secara aktif masuk ke dalam tiga lini usaha baru—pengelolaan limbah, energi terbarukan, dan kendaraan listrik. Ketiga pilar ini menjadi pondasi utama dalam membangun bisnis yang lebih resilien, rendah karbon, dan berorientasi masa depan.

Semester ini, pendapatan konsolidasian tercatat sebesar USD 172,2 juta, menurun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar USD 248,7 juta.

Penurunan ini utamanya disebabkan oleh menurunnya volume penjualan segmen pertambangan batubara dari 1,7 juta ton menjadi 0,7 juta ton, serta turunnya harga jual rata-rata dari USD 83 per ton menjadi USD 52,9 per ton.

Tren penurunan harga ini sejalan dengan pergerakan indeks harga batubara global yang terus melandai sejak tahun lalu.

Sementara itu, penurunan volume penjualan terjadi karena melemahnya permintaan batubara secara global dan keputusan Perseroan untuk menyesuaikan strategi penjualan demi menanti momentum harga yang lebih menguntungkan.

Segmen bisnis pertambangan dan perdagangan batubara mencatatkan pendapatan sebesar USD 91,6 juta atau berkontribusi 53% terhadap total pendapatan Perseroan, menurun dari 82% pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Penurunan ini mencerminkan komitmen TBS dalam mengurangi ketergantungan terhadap sektor batubara dan mempercepat transisi menuju portofolio bisnis yang lebih hijau dan berkelanjutan.

Baca Juga: Pengamat: Pengembangan EBT Bisa Terpinggirkan Jika Pemerintah Masih Gunakan PLTU

Perseroan telah secara bertahap membangun fondasi transisi portofolio ke sektor-sektor yang lebih hijau dan berkelanjutan, seperti pengelolaan limbah, energi terbarukan, dan kendaraan listrik, yang cenderung tidak dipengaruhi oleh dinamika harga batubara.

Pada semester pertama 2025, Perseroan mencatat rugi bersih sebesar USD 115,3 juta. Angka ini sebagian besar disebabkan oleh pencatatan rugi non-kas dari divestasi dua anak usaha pembangkit listrik tenaga uap yakni PT Minahasa Cahaya Lestari (MCL) dan PT Gorontalo Listrik Perdana (GLP)—yang diselesaikan pada Maret dan Mei 2025.

Rugi non-kas dari divestasi ini tercatat sebesar USD 96,9 juta. Kerugian tersebut tidak berdampak pada arus kas Perseroan, justru menghasilkan tambahan dana segar berupa pemasukan ke dalam kas TBS sebesar USD 123,6 juta. Hal ini memperkuat kondisi fundamental operasional Perseroan yang tetap terjaga di tengah masa transisi.

Penjualan dua unit PLTU tersebut berkontribusi signifikan terhadap pengurangan emisi karbon Perseroan, yakni sebesar 1,4 juta ton setara CO (tCOe) — setara dengan penurunan emisi sebesar 86% dalam setahun.

Perhitungan dilakukan berdasarkan metodologi Greenhouse Gas Protocol dan data emisi Perseroan tahun 2024 telah ditinjau melalui proses limited assurance oleh EY Indonesia.

Capaian ini menjadi tonggak penting dalam percepatan transisi TBS menuju target netral karbon pada tahun 2030.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI