Suara.com - Sebanyak 25 peserta asal Jabodetabek, yang merupakan perempuan dan individu disabilitas mendapatkan rangkaian pelatihan kewirausahaan secara offline di Grha Unilever BSD sebagai kelanjutan dari program “SheAblepreneur” inisiatif Alunjiva yang diluncurkan bulan Juni 2025 lalu. Program yang didukung oleh Komnas Disabilitas RI dan Unilever Indonesia ini berjalan selama 5 bulan yang akan dilanjutkan di dua kota lainnya, yaitu Bandung dan Yogyakarta.
Pelatihan offline pertama yang digelar bagi peserta di Jabodetabek bertepatan dengan Hari UMKM Nasional yang diperingati setiap tanggal 12 Agustus dengan tujuan memberikan perhatian pada puluhan juta pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah sebagai denyut nadi perekonomian Indonesia. Mereka diajak untuk membangun ekosistem UMKM yang benar-benar inklusif, yang mana setiap pelaku usaha memiliki kesempatan yang sama untuk tumbuh dan berkembang.
Faktanya, banyak kelompok marjinal, khususnya perempuan dan individu disabilitas, tidak berani memulai dan menjalankan bisnis UMKM karena adanya stereotip bahwa perempuan kurang fokus dalam menjalankan usaha, atau stigma bahwa individu disabilitas kurang mampu bekerja produktif.
Nicky Clara, Founder Alunjiva Indonesia menerangkan bahwa Program SheAblepreneur berupaya untuk menjadi bagian dari solusi, kami ingin memberikan ruang di mana perempuan dan individu dengan disabilitas ‘diizinkan’ untuk bermimpi agar bisa bergerak lebih jauh dan membuat perubahan nyata.
"Berkolaborasi dengan Komnas Disabilitas RI dan Unilever Indonesia, program ini adalah inisiatif yang dirancang untuk mendukung pelaku usaha perempuan, termasuk perempuan dengan disabilitas, agar dapat mengembangkan bisnis yang lebih berdaya saing, berkelanjutan, dan berdampak sosial," katanya.

Pada Juni lalu, program ini telah menerima 182 pendaftar yang berdomisili di tiga kota pelaksanaan, yaitu Tangerang, Bandung dan Yogyakarta. Setelah melalui tahap penyaringan dan wawancara, terpilih 75 UMKM perempuan dan individu disabilitas yang memenuhi syarat dan siap mendapatkan pendampingan intensif.
Pada Juli 2025, mereka telah mengikuti pelatihan online dengan empat modul utama: (1) Dasar pengembangan bisnis dan BMC (Bussiness Model Canvas), (2) Pemanfaatan digital dan media sosial dalam pengembangan bisnis, (3) Literasi keuangan, dan (4) Pengenalan AI.
“Melalui pelatihan online, teridentifikasi sejumlah tantangan utama yang umumnya dihadapi oleh mayoritas pelaku usaha, yaitu permasalahan dalam manajemen tim – mulai dari pembagian peran dan tanggung jawab, komunikasi internal yang belum optimal, belum maksimalnya keterlibatan anggota tim, hingga permasalahan dalam strategi pemasaran khususnya terkait cara memperkenalkan produk ke target pasar yang lebih luas, meningkatkan brand awareness, serta pemanfaatan kanal digital dan offline secara efektif,” tambah Nicky.
Melalui pelatihan ini, peserta diharapkan mampu memahami penerapan strategi manajemen tim yang lebih terstruktur, yang mencakup pembagian peran, komunikasi, dan motivasi anggota; menyusun dan menjalankan strategi pemasaran yang lebih relevan, kreatif, dan sesuai karakteristik usaha mereka; hingga mengembangkan action plan jangka pendek dan jangka panjang dalam aspek team building dan pemasaran.
Baca Juga: Unilever Indonesia Tetap Jadi Pemimpin Pasar di 13 Kategori
Sementara itu, Kristy Nelwan, Head of Communication sekaligus Chair of Equity, Diversity & Inclusion (ED&I) Board Unilever Indonesia, mengatakan bahwa dukungan dan keterlibatan Unilever Indonesia pada Program SheAblepreneur dilatarbelakangi misi bersama untuk menciptakan dunia usaha yang lebih adil, beragam, dan inklusif.
"Program ‘SheAblepreneur’ memberdayakan pelaku UMKM perempuan, penyandang disabilitas, dan perempuan penyandang disabilitas – kelompok yang kerap menghadapi hambatan ganda atau lebih dalam mengembangkan usaha. Hal ini sejalan dengan tiga pilar ED&I kami, yaitu keadilan gender, keadilan untuk individu disabilitas, serta penghapusan diskriminasi dan stigma,” katanya.
“Dalam pelatihan ini, karyawan Unilever Indonesia terlibat langsung sebagai trainer. Tim brand membawakan materi seputar branding, pemasaran, dan strategi pemasaran digital, sedangkan tim HR memaparkan kiat manajemen tim dan teknik rekrutmen. Kami percaya wawasan ini menjadi bekal nyata bagi para peserta untuk memulai maupun mengembangkan usaha, sekaligus menepis stigma yang kerap mereka hadapi,” tambahnya.
Pelatihan offline akan dilanjutkan di dua kota pelaksanaan berikutnya, yaitu Bandung dan Yogyakarta yang diikuti oleh masing-masing 25 peserta. Di saat yang bersamaan, selama Agustus, program ini juga akan memberikan kesempatan bagi para peserta perempuan disabilitas untuk memperkaya pengalaman dengan bermagang di sejumlah UMKM yang telah dipilih selama satu bulan.
“Semoga seluruh rangkaian program ‘SheAblepreneur’ dapat menjadi katalis yang mendorong pembangunan ekosistem UMKM yang lebih adil dan inklusif. Kami percaya bahwa dengan membuka akses dan memperkuat kapasitas maupun kapabilitas kelompok marjinal, kita bisa memacu pertumbuhan ekonomi yang tidak hanya lebih besar, tetapi juga lebih adil, merata dan berkelanjutan,” tutup Nicky. ***