Neraca Pembayaran RI Minus Rp109 Triliun, Biang Keroknya Defisit Transaksi Berjalan

Kamis, 21 Agustus 2025 | 13:34 WIB
Neraca Pembayaran RI Minus Rp109 Triliun, Biang Keroknya Defisit Transaksi Berjalan
NPI tercatat defisit hingga US$6,7 miliar atau setara dengan sekitar Rp109 triliun (kurs Rp16.271/US$), meskipun Bank Indonesia (BI) menilai kondisinya masih terkendali.

Suara.com - Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) mencatatkan berita kurang menyenangkan di kuartal II 2025. NPI tercatat defisit hingga US$6,7 miliar atau setara dengan sekitar Rp109 triliun (kurs Rp16.271/US$), meskipun Bank Indonesia (BI) menilai kondisinya masih terkendali.

Defisit ini terjadi akibat kombinasi defisit transaksi berjalan dan defisit transaksi modal dan finansial.

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Junanto Herdiawan, menjelaskan bahwa defisit ini muncul di tengah perlambatan ekonomi global dan tekanan pada harga komoditas. "Dengan perkembangan tersebut, NPI pada triwulan II 2025 mencatat defisit 6,7 miliar dolar AS," terang Junanto dalam keterangan tertulisnya, Kamis (21/8/2025).

Junanto merinci, defisit utama datang dari transaksi berjalan yang mencapai US$3 miliar (sekitar 0,8% dari PDB). Angka ini meningkat signifikan dibandingkan kuartal sebelumnya yang hanya defisit US$0,2 miliar.

Meskipun demikian, ada secercah harapan. Neraca perdagangan nonmigas tetap mencatat surplus, meski trennya menurun seiring dengan perlambatan ekonomi global. Sementara itu, defisit neraca perdagangan migas justru menurun berkat harga minyak global yang lebih rendah.

Di sisi lain, defisit neraca pendapatan primer meningkat karena pembayaran dividen dan kupon, sesuai dengan pola kuartalan. Namun, hal itu sedikit tertolong oleh surplus neraca pendapatan sekunder yang naik berkat kenaikan hibah dan remitansi dari Pekerja Migran Indonesia (PMI) di luar negeri.

Selain transaksi berjalan, transaksi modal dan finansial juga mencatat defisit sebesar US$5,2 miliar. Ini terjadi di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang masih sangat tinggi.

Junanto menyoroti, investasi langsung (FDI) membukukan peningkatan surplus, yang menunjukkan persepsi positif investor terhadap prospek ekonomi domestik. Namun, sentimen ini tidak menular ke investasi portofolio yang justru mencatat defisit.

"Investasi portofolio mencatat defisit terutama didorong oleh aliran keluar modal asing dalam bentuk surat utang domestik," jelasnya, mengindikasikan bahwa investor asing mulai menarik dananya dari SBN di tengah volatilitas global.

Baca Juga: Perluas Akses Rupiah ke Seluruh Negeri, Pegadaian Raih Apresiasi dari Bank Indonesia

Meskipun NPI defisit, Junanto memastikan bahwa posisi cadangan devisa Indonesia tetap tinggi, mencapai US$152,6 miliar pada akhir Juni 2025. Jumlah ini setara dengan pembiayaan 6,1 bulan impor, jauh di atas standar kecukupan internasional.

Ke depan, BI akan terus mencermati dinamika ekonomi global dan memperkuat bauran kebijakannya. BI optimis NPI 2025 akan tetap sehat, ditopang oleh surplus transaksi modal dan finansial serta defisit transaksi berjalan yang rendah, di kisaran 0,5% sampai 1,3% dari PDB. Optimisme ini didasarkan pada prospek ekonomi domestik yang tetap baik dan imbal hasil investasi yang menarik.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI