Suara.com - HIPMI Jaya melantik 16 anggota Badan Semi Otonom (Basnom) HIPMI Jaya Tennis Club di Istana Sahid, Kamis (28/8/2025). Pelantikan yang dipimpin Ketua Umum HIPMI Jaya Ryan Haroen ini tidak hanya membuka babak baru bagi komunitas tenis, tetapi juga menandai semakin tingginya minat investasi di olahraga raket yang kian populer di kalangan anak muda.
"Sebagai organisasi pengusaha, peran basnom selain untuk sehat dan berjejaring juga berperan membantu anggota untuk memperoleh keuntungan dari olahraga tenis." Jelas Asa Dahlan, Ketua Basnom HIPMI Jaya Tennis Club.
Dalam diskusi panel yang menyertai acara, CEO Gelora, Diby Satari, menegaskan bahwa bisnis olahraga raket tidak berhenti pada pembangunan lapangan. Menurutnya, ekosistem tenis dan padel bertumpu pada tiga hal: komunitas, ekonomi, dan teknologi.
“Selain lapangan, peluang besar ada di apparel, equipment, akademi, hospitality, hingga event. Teknologi juga sudah mulai masuk, bahkan kini bisa merekam video highlights pertandingan hanya dengan sekali pencet. Tapi tetap, community drive yang paling utama, karena dari komunitaslah ekosistem ini tumbuh besar,” ujar Diby.

Pandangan itu diperkuat oleh Karaeng Raja Adjie, Ketua Badan Otonom Pasar Modal BPD HIPMI Jaya, yang menilai padel menjadi gerbang baru bagi pertumbuhan tenis di Indonesia. Ia menyebut padel court ratio sebagai ukuran penting dalam membaca peluang investasi.
“Data September 2024 menunjukkan ada 133 court padel di Indonesia, dan setahun kemudian di Agustus 2025 Jakarta saja sudah punya 184 court. Lonjakannya hampir 680 persen. Artinya, meski Bali sudah saturated, Jakarta dan kota-kota kedua justru masih blue ocean. Padel ini bersahabat dengan tenis, karena menjadi gateway. Orang mulai dari padel, lalu naik kelas ke tenis. Dampaknya pertumbuhan tenis bisa eksponensial, bukan lagi linear,” jelas Adjie.
Dari perspektif ekonomi makro, Ketua Bidang Keuangan, Perbankan, dan Perencanaan Ekonomi BPD HIPMI Jaya, Edlin Prabawa, menilai transformasi industri olahraga saat ini bersifat struktural. Ia menyebut health and wellness kini sudah menjadi bagian dari gaya hidup urban modern yang mendorong sektor olahraga lebih berkelanjutan.
“Health and wellness sudah berevolusi dari sekadar aspirasi, sekarang menjadi mainstream consumer trend yang merubah cara kita diet, fashion, dan leisure. Sama halnya dengan e-commerce dan digital payment satu dekade lalu, tren ini akan membuka lebih banyak peluang kompetisi amatir dan memperkuat industri olahraga,” ungkap Edlin.
Sementara itu, aspek kehati-hatian bisnis juga mendapat perhatian. Tiffany Octaviana, Head of SME Bureau Credit Bureau Indonesia (CBI), menekankan pentingnya verifikasi mitra sebelum berkolaborasi. Ia mengingatkan agar pengusaha muda tidak tergesa-gesa hanya karena melihat potensi keuntungan.
Baca Juga: KUR BRI Tembus Rp99 Triliun, UMKM Indonesia Semakin Naik Kelas
“Jangan jalani bisnis berdasarkan potensi saja, tapi berdasarkan hal-hal yang bisa diverifikasi. Kalau potential partner saja tidak mau memberikan datanya, lebih baik tidak usah bermitra. Percaya boleh, tapi verifikasi itu wajib. Bisnis kan jangka panjang, jangan sampai persahabatan rusak karena salah memilih mitra," tegas Tiffany.
Ia menjelaskan CBI telah menyediakan dashboard terintegrasi yang dapat memeriksa rekam jejak keuangan calon mitra, yang kini digunakan lebih dari 150 institusi keuangan dan diakui Kementerian UMKM.
Dengan pelantikan ini, HIPMI Jaya Tennis Club tidak hanya siap menggelar Jaya Tennis Community Open 2026, tetapi juga menjadi wadah baru bagi pengusaha muda untuk membangun ekosistem olahraga berbasis komunitas. Perpaduan antara peluang bisnis, tren kesehatan, dan prinsip kehati-hatian dalam bermitra menjadi landasan agar olahraga tenis dan padel dapat tumbuh beriringan sekaligus memperluas jejaring dunia usaha. ***