- Pemerintah menyuntikkan dana likuiditas sebesar Rp200 triliun ke bank Himbara (Himpunan Bank Milik Negara) untuk mengamankan pasar.
- Kabar ini menyebabkan IHSG melonjak dan saham-saham Himbara (BBRI, BMRI, BBNI, BBTN, BRIS) kompak menguat.
- Kenaikan ini didorong oleh sentimen positif investor terhadap stabilitas dan potensi pertumbuhan bank-bank pelat merah.
Suara.com - Pasar saham Indonesia kembali menjadi sorotan publik setelah pemerintah resmi mengumumkan langkah berani dengan menyuntikkan dana likuiditas sebesar Rp200 triliun kepada bank-bank milik negara yang tergabung dalam Himbara.
Kabar ini datang di tengah dinamika ekonomi global yang penuh ketidakpastian dan langsung memberi napas segar pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) serta saham-saham bank pelat merah.
Hanya dalam hitungan jam, indeks melonjak 1,11% hingga menembus level 7.834,16. Kenaikan ini sebagian besar didorong oleh sentimen positif terhadap bank-bank Himbara yang baru saja mendapat tambahan amunisi keuangan dari pemerintah.
Ada beberapa alasan mengapa saham bank Himbara begitu cepat melesat usai pengumuman suntikan dana ini. Yang pertama, jaminan stabilitas. Investor percaya bahwa bank pelat merah tidak akan dibiarkan goyah, apalagi di tengah situasi ekonomi yang membutuhkan peran besar perbankan dalam mendukung kredit dan investasi.
Kedua, likuiditas yang kuat membuat bank lebih leluasa menyalurkan pembiayaan ke sektor riil, terutama UMKM, infrastruktur, dan proyek strategis nasional. Potensi peningkatan laba di masa depan pun terbuka lebar.
Ketiga, secara historis saham Himbara kerap dianggap sebagai pilihan defensif. Artinya, ketika pasar sedang bergejolak, saham-saham bank milik negara ini relatif lebih aman karena ada intervensi pemerintah. Dengan tambahan dana Rp200 triliun, citra aman itu makin kokoh.
Pernyataan Menteri Keuangan, Purbaya Yudhi Sadewa, bahwa dana Rp200 triliun itu bisa langsung digelontorkan tanpa perlu menunggu terbitnya Peraturan Menteri Keuangan (PMK) baru membuat investor semakin yakin. Artinya, tidak ada hambatan birokrasi yang bertele-tele. Bagi pasar, kepastian seperti ini adalah sinyal emas.
Lalu, apa saja daftar saham bank Himbara? Simak inilah selengkapnya.
Himbara sendiri adalah singkatan dari Himpunan Bank Milik Negara. Di dalamnya terdapat lima bank besar yang sahamnya telah lama menjadi incaran investor yaitu Bank Rakyat Indonesia (BBRI), Bank Mandiri (BMRI), Bank Negara Indonesia (BBNI), Bank Tabungan Negara (BBTN), dan Bank Syariah Indonesia (BRIS).
Baca Juga: IHSG Rebound Awal Sesi, Tapi Reshuffle Kabinet Ancam Pelemahan
Pasca suntikan dana Rp200 T tersebut, harga saham Himbara langsung bergerak naik pada akhir penutupan pasar pekan ini. BBRI sebagai bank dengan aset terbesar, menutup perdagangan dengan kenaikan 1,71% ke level Rp4.150.
BRIS, bank syariah andalan juga melesat 1,51% menjadi Rp2.700. Sementara BBTN, bank yang fokus pada pembiayaan perumahan, naik 1,47% ke Rp1.375.
Tidak ketinggalan, BBNI bertambah 1,13% ke Rp4.470, dan BMRI yang meski kenaikannya lebih tipis di 0,66%, tetap menunjukkan arah positif di level Rp4.510.
Suntikan dana Rp200 triliun kepada bank-bank Himbara bukan hanya soal angka besar yang menggemparkan pasar. Lebih dari itu, langkah ini adalah sinyal kuat bahwa pemerintah berkomitmen menjaga stabilitas sistem keuangan nasional.
Respon pasar yang langsung positif mencerminkan besarnya kepercayaan investor terhadap kebijakan ini.
Lima bank pelat merah dengan kode saham BBRI, BMRI, BBNI, BBTN, dan BRIS kompak menunjukkan tren kenaikan, sekaligus menjadi pilar penggerak IHSG.
Walau demikian, euforia ini sebaiknya tetap diimbangi dengan kewaspadaan. Fundamental perbankan dan dinamika makroekonomi akan tetap menjadi penentu arah jangka panjang.
Bagi publik dan investor, peristiwa ini menjadi pengingat bahwa sektor perbankan adalah urat nadi perekonomian. Ketika bank-bank milik negara diperkuat, harapannya ekonomi riil juga ikut terdorong. Dan ketika pasar modal merespons dengan optimis, ada secercah keyakinan bahwa arah ekonomi Indonesia sedang menuju ke jalur yang lebih stabil.
Meski euforia melingkupi pasar, beberapa analis tetap memberi catatan. Mereka menekankan bahwa kenaikan harga saham akibat suntikan dana pemerintah biasanya bersifat jangka pendek. Dalam jangka panjang, kinerja fundamental bank tetap harus diperhatikan.
Bank masih menghadapi tantangan berupa rasio kredit bermasalah (NPL) yang bisa saja meningkat bila kondisi ekonomi global melemah. Selain itu, faktor eksternal seperti inflasi dan kebijakan suku bunga Bank Indonesia juga akan sangat menentukan. Jika suku bunga naik terlalu tinggi, margin bunga bersih (NIM) bank bisa tergerus.
Kontributor : Dea Nabila